Popular Posts
- SEJARAH PERGERAKAN NASIONAL
- KOLONIALISASI BANGSA EROPA DI AMERIKA
- TEUKU UMAR, BERDARAH MINANG KAH? ATAU BERDARAH ACEH?
- Temu ramah dengan Teuku Raja Tani Angsa di gunong kong
- PERANAN CHE GUEVARA DALAM PERJUANGAN MELAWAN OTORITER KUBA
- sistematika filsafat
- KEKUATAN- KEKUATAN SEJARAH
- PERANAN WANITA JAMAN DAHULU DAN ERA GLOBALISASI
- TINJAUAN KRITIS QANUN MEUKUTA ALAM
- SEJARAH ADAT PERKAWINAN ORANG ACEH
Blogger templates
Blogger news
Mengenai Saya
Pengikut
Total Tayangan Halaman
KPESN. Diberdayakan oleh Blogger.
Jumat, 01 Maret 2013
REPUBLIKA.CO.ID, oleh: Azyumardi Azra
‘’If, at the beginning of the twentieth-first cen tury, we can assume that history is constituted as a complex series of narratives-representations- of the past, then we have the foundations upon which we can build our visions of its future.’’ (Jenkins, Morgan & Munslow, 2007:1).
Apa makna sejarah masa silam bagi zaman kini dan masa depan? Pembicaaan tentang hal ini kembali mencuat sebagai tema utama Konferensi ke-22 Asosiasi Internasional Sejarawan Asia (IAHA) yang berlangsung di Solo pada awal Juli 2012 lalu. Konferensi IAHA kali ini diikuti sekitar 350 pemakalah dan 70 pengamat yang datang dari 26 negara. Ini adalah kali ketiga Indonesia menjadi penyelenggara, sebelumnya pada 1974 di Yogyakarta dan 1998 di Jakarta.
Tema ‘’Remembering the Past, Experiencing the Present, and Exploring the Future’’ (Mengenang Masa Silam, Mengalami Masa Kini, dan Mengeksplorasi Masa Depan) bagi saya, yang dipercaya menjadi presiden IAHA merupakan kesempatan sangat baik untuk kembali berefleksi tentang perjalanan sejarah anak manusia, khususnya menyangkut sebagian masa silam Indonesia. Tema besar tadi mengisyaratkan bahwa sejarah tidak hanya berkenaan dengan masa silam, apalagi hanya masa silam yang sangat jauh (remote history). Sebaliknya, sejarah berlanjut ke masa kini yang biasa disebut sebagai sejarah kontemporer, dan bahkan sejarah hari ini (present day history).
Jelas, banyak peristiwa masa lalu meninggalkan berbagai dampak dan bekas yang tidak bisa terhapuskan. Bahkan, banyak hal yang terjadi di masa silam sangat memengaruhi perjalanan sejarah hari ini. Karena itu, sejarah masa lalu adalah fondasi bagi sejarah hari ini, yang dialami secara aktual oleh anak manusia masa kini yang pada gilirannya membentuk masa depan.
Pertanyaan yang sering muncul ke dalam wacana kalangan publik adalah ketika berbagai peristiwa yang terjadi di masa kini terlihat seolah terulangi kembali.
Dalam ungkapan kalangan sejarawan Prancis, ‘sejarah mengulangi dirinya sendiri’ (histoire serepete). Padahal, sebenarnya tidak berulang. Kejadian yang pernah terjadi di masa silam itu tidak menyenangkan dan meninggalkan banyak kepahitan tidak pernah terulang dalam bentuk yang persis sama.
Karena itu, ‘pengulangan’ lebih merupakan ibarat, dimana mereka yang terlibat dalam proses sejarah hari ini seolah tidak mau belajar dari pengalaman masa silam yang tidak menyenangkan dan bahkan gelap. Banyak orang kembali dan kembali terjatuh ke dalam lubang yang sama. Karena itu, mengingat masa lalu bukan hanya dapat memunculkan romantisme sejarah yang bukan tidak mungkin sangat bernyalanyala, tetapi sekaligus kepahitan.
Dan, kepahitan itu bahkan bisa menimbulkan kemarahan dan bahkan dendam sejarah yang tidak mudah dimaafkan.Dengan demikian, dalam mengalami sejarah masa kini terdapat kalangan warga yang tidak mudah berdamai dengan bagian tertentu dari sejarah masa lalu yang tidak menyenangkan itu. Berdamai dengan masa lalu sepatutnya memang harus diawali dengan pencarian dan pengungkapan kebenaran tentang apa sesungguhnya yang terjadi, bagaimana proses terjadinya, dan siapa saja yang bertanggung jawab atas kejadian pahit itu.
Jika kebenaran bisa diungkapkan, mereka yang bertanggung jawab harus mendapat hukuman setimpal, dan sebaliknya mereka yang menjadi korban mendapat kompensasi dan restitusi. Tetapi, jelas proses terkait dengan upaya pengungkapan kebenaran tidaklah mudah.
Walaupun demikian, hal-hal pahit dalam sejarah hanyalah sebagian dari cerita. Sebagian lain, yang bahkan merepresentasikan porsi yang jauh lebih besar dalam sejarah masa silam dan sejarah masa kini, membukakan banyak peluang bagi sejarah masa depan lebih baik.
Di sini, sejarah menjadi emansipatoris, yakni membebaskan dan sekaligus menjanjikan. Karena itu, sejarah masa kini harus direbut setiap mereka yang ingin Indonesia lebih baik dan menduduki tempat sepatutnya dalam sejarah peradaban manusia secara keseluruhan.
‘’If, at the beginning of the twentieth-first cen tury, we can assume that history is constituted as a complex series of narratives-representations- of the past, then we have the foundations upon which we can build our visions of its future.’’ (Jenkins, Morgan & Munslow, 2007:1).
Apa makna sejarah masa silam bagi zaman kini dan masa depan? Pembicaaan tentang hal ini kembali mencuat sebagai tema utama Konferensi ke-22 Asosiasi Internasional Sejarawan Asia (IAHA) yang berlangsung di Solo pada awal Juli 2012 lalu. Konferensi IAHA kali ini diikuti sekitar 350 pemakalah dan 70 pengamat yang datang dari 26 negara. Ini adalah kali ketiga Indonesia menjadi penyelenggara, sebelumnya pada 1974 di Yogyakarta dan 1998 di Jakarta.
Tema ‘’Remembering the Past, Experiencing the Present, and Exploring the Future’’ (Mengenang Masa Silam, Mengalami Masa Kini, dan Mengeksplorasi Masa Depan) bagi saya, yang dipercaya menjadi presiden IAHA merupakan kesempatan sangat baik untuk kembali berefleksi tentang perjalanan sejarah anak manusia, khususnya menyangkut sebagian masa silam Indonesia. Tema besar tadi mengisyaratkan bahwa sejarah tidak hanya berkenaan dengan masa silam, apalagi hanya masa silam yang sangat jauh (remote history). Sebaliknya, sejarah berlanjut ke masa kini yang biasa disebut sebagai sejarah kontemporer, dan bahkan sejarah hari ini (present day history).
Jelas, banyak peristiwa masa lalu meninggalkan berbagai dampak dan bekas yang tidak bisa terhapuskan. Bahkan, banyak hal yang terjadi di masa silam sangat memengaruhi perjalanan sejarah hari ini. Karena itu, sejarah masa lalu adalah fondasi bagi sejarah hari ini, yang dialami secara aktual oleh anak manusia masa kini yang pada gilirannya membentuk masa depan.
Pertanyaan yang sering muncul ke dalam wacana kalangan publik adalah ketika berbagai peristiwa yang terjadi di masa kini terlihat seolah terulangi kembali.
Dalam ungkapan kalangan sejarawan Prancis, ‘sejarah mengulangi dirinya sendiri’ (histoire serepete). Padahal, sebenarnya tidak berulang. Kejadian yang pernah terjadi di masa silam itu tidak menyenangkan dan meninggalkan banyak kepahitan tidak pernah terulang dalam bentuk yang persis sama.
Karena itu, ‘pengulangan’ lebih merupakan ibarat, dimana mereka yang terlibat dalam proses sejarah hari ini seolah tidak mau belajar dari pengalaman masa silam yang tidak menyenangkan dan bahkan gelap. Banyak orang kembali dan kembali terjatuh ke dalam lubang yang sama. Karena itu, mengingat masa lalu bukan hanya dapat memunculkan romantisme sejarah yang bukan tidak mungkin sangat bernyalanyala, tetapi sekaligus kepahitan.
Dan, kepahitan itu bahkan bisa menimbulkan kemarahan dan bahkan dendam sejarah yang tidak mudah dimaafkan.Dengan demikian, dalam mengalami sejarah masa kini terdapat kalangan warga yang tidak mudah berdamai dengan bagian tertentu dari sejarah masa lalu yang tidak menyenangkan itu. Berdamai dengan masa lalu sepatutnya memang harus diawali dengan pencarian dan pengungkapan kebenaran tentang apa sesungguhnya yang terjadi, bagaimana proses terjadinya, dan siapa saja yang bertanggung jawab atas kejadian pahit itu.
Jika kebenaran bisa diungkapkan, mereka yang bertanggung jawab harus mendapat hukuman setimpal, dan sebaliknya mereka yang menjadi korban mendapat kompensasi dan restitusi. Tetapi, jelas proses terkait dengan upaya pengungkapan kebenaran tidaklah mudah.
Walaupun demikian, hal-hal pahit dalam sejarah hanyalah sebagian dari cerita. Sebagian lain, yang bahkan merepresentasikan porsi yang jauh lebih besar dalam sejarah masa silam dan sejarah masa kini, membukakan banyak peluang bagi sejarah masa depan lebih baik.
Di sini, sejarah menjadi emansipatoris, yakni membebaskan dan sekaligus menjanjikan. Karena itu, sejarah masa kini harus direbut setiap mereka yang ingin Indonesia lebih baik dan menduduki tempat sepatutnya dalam sejarah peradaban manusia secara keseluruhan.
Redaktur : M Irwan Ariefyanto |
Sumber : resonansi |
Label:
NASIONAL
|
0
komentar
Teuku Umar, Pahlawan Nasional Wafat
Perang Aceh
Teuku
Umar lahir di Meulaboh, 1854 dan meninggal di kota kelahirannya pada 11
Februari 1899. Ia adalah pahlawan kemerdekaan Indonesia yang berjuang
dengan cara berpura-pura bekerjasama dengan Belanda. Ia melawan Belanda
ketika telah mengumpulkan senjata dan uang yang cukup banyak.
Teuku Umar dilahirkan di Meulaboh Aceh
Barat pada tahun 1854, adalah anak seorang Uleebalang bernama Teuku
Achmad Mahmud dari perkawinan dengan adik perempuan Raja Meulaboh. Umar
mempunyai dua orang saudara perempuan dan tiga saudara laki-laki.
Nenek moyang Umar adalah Datuk Makudum Sati berasal dari Minangkabau. Salah seorang keturunan Datuk Makudum Sati pernah berjasa terhadap Sultan Aceh, yang pada waktu itu terancam oleh seorang Panglima Sagi yang ingin merebut kekuasaannya. Berkat jasanya tersebut, orang itu diangkat menjadi Uleebalang VI Mukim dengan gelar Teuku Nan Ranceh.
Teuku Nan Ranceh mempunyai dua orang putra yaitu Nanta Setia dan Ahmad Mahmud. Sepeninggal Teuku Nan Ranceh, Nanta Setia menggantikan kedudukan ayahnya sebagai Uleebalang VI Mukim. la mempunyai anak perempuan bernama Cut Nyak Dhien.
Teuku Umar dari kecil dikenal sebagai anak yang cerdas, pemberani, dan kadang suka berkelahi dengan teman-teman sebayanya. Ia juga memiliki sifat yang keras dan pantang menyerah dalam menghadapi segala persoalan. Teuku Umar tidak pernah mendapakan pendidikan formal. Meski demikian, ia mampu menjadi seorang pemimpin yang kuat, cerdas , dan pemberani.
Nenek moyang Umar adalah Datuk Makudum Sati berasal dari Minangkabau. Salah seorang keturunan Datuk Makudum Sati pernah berjasa terhadap Sultan Aceh, yang pada waktu itu terancam oleh seorang Panglima Sagi yang ingin merebut kekuasaannya. Berkat jasanya tersebut, orang itu diangkat menjadi Uleebalang VI Mukim dengan gelar Teuku Nan Ranceh.
Teuku Nan Ranceh mempunyai dua orang putra yaitu Nanta Setia dan Ahmad Mahmud. Sepeninggal Teuku Nan Ranceh, Nanta Setia menggantikan kedudukan ayahnya sebagai Uleebalang VI Mukim. la mempunyai anak perempuan bernama Cut Nyak Dhien.
Teuku Umar dari kecil dikenal sebagai anak yang cerdas, pemberani, dan kadang suka berkelahi dengan teman-teman sebayanya. Ia juga memiliki sifat yang keras dan pantang menyerah dalam menghadapi segala persoalan. Teuku Umar tidak pernah mendapakan pendidikan formal. Meski demikian, ia mampu menjadi seorang pemimpin yang kuat, cerdas , dan pemberani.
Perang Aceh
Ketika perang Aceh meletus pada 1873
Teuku Umar ikut serta berjuang bersama pejuang-pejuang Aceh lainnya,
umurnya baru menginjak 19 tahun. Mulanya ia berjuang di kampungnya
sendiri, kemudian dilanjutkan ke Aceh Barat. Pada umur yang masih muda
ini, Teuku Umar sudah diangkat sebagai keuchik gampong(kepala desa) di
daerah Daya Meulaboh.
Pada usia 20 tahun, Teuku Umar
menikah dengan Nyak Sofiah, anak Uleebalang Glumpang. Untuk meningkatkan
derajat dirinya, Teuku Umar kemudian menikah lagi dengan Nyak Malighai,
puteri dari Panglima Sagi XXV Mukim.
Pada tahun 1880, Teuku Umar
menikahi janda Cut Nyak Dhien, puteri pamannya Teuku Nanta Setia. Suami
Cut Nya Dien, yaitu Teuku Ibrahim Lamnga meninggal dunia pada Juni 1878
dalam peperangan melawan Belanda di Gle Tarun. Keduanya kemudian
berjuang bersama melancarkan serangan terhadap pos-pos Belanda.
Taktik Penyerahan Diri
Teuku Umar kemudian mencari
strategi untuk mendapatkan senjata dari pihak Belanda. Akhirnya, Teuku
Umar berpura-pura menjadi antek Belanda. Belanda berdamai dengan pasukan
Teuku Umar pada tahun 1883. Gubernur Van Teijn pada saat itu juga
bermaksud memanfaatkan Teuku Umar sebagai cara untuk merebut hati rakyat
Aceh. Teuku Umar kemudian masuk dinas militer.
Ketika bergabung dengan Belanda,
Teuku Umar menundukkan pos-pos pertahanan Aceh, hal tersebut dilakukan
Teuku Umar secara pura-pura untuk mengelabuhi Belanda agar Teuku Umar
diberi peran yang lebih besar. Taktik tersebut berhasil, sebagai
kompensasi atas keberhasilannya itu, pemintaan Teuku Umar untuk menambah
17 orang panglima dan 120 orang prajurit, termasuk seorang Pang Laot
(panglima Laut) sebagai tangan kanannya, dikabulkan.
Gugur
Februari 1899, Jenderal Van
Heutsz mendapat laporan dari mata-matanya mengenai kedatangan Teuku Umar
di Meulaboh, dan segera menempatkan sejumlah pasukan yang cukup kuat
diperbatasan Meulaboh. Malam menjelang 11 Februari 1899 Teuku Umar
bersama pasukannya tiba di pinggiran kota Meulaboh. Pasukan Aceh
terkejut ketika pasukan Van Heutsz mencegat. Posisi pasukan Umar tidak
menguntungkan dan tidak mungkin mundur. Satu-satunya jalan untuk
menyelamatkan pasukannya adalah bertempur. Dalam pertempuran itu Teuku
Umar gugur terkena peluru musuh yang menembus dadanya.
Jenazahnya dimakamkan di Mesjid
Kampung Mugo di Hulu Sungai Meulaboh. Mendengar berita kematian
suaminya, Cut Nyak Dhien sangat bersedih, namun bukan berarti perjuangan
telah berakhir. Dengan gugurnya suaminya tersebut, Cut Nyak Dhien
bertekad untuk meneruskan perjuangan rakyat Aceh melawan Belanda. Ia pun
mengambil alih pimpinan perlawanan pejuang Aceh.
Atas pengabdian dan perjuangan
serta semangat juang rela berkorban melawan penjajah Belanda, Teuku Umar
dianugerahi gelar Pahlawan Nasional. Nama Teuku Umar juga diabadikan
sebagai nama jalan di sejumlah daerah di tanah air. Salah satu kapal
perang TNI AL dinamakan KRI Teuku Umar (385). Selain itu Universitas
Teuku Umar di Meulaboh diberi nama berdasarkan namanya.
Label:
SEJARAH ACEH
|
1 komentar
Islam dikenal sebagai musuh permanen bagi Yahudi dan Nasrani. Karena itu, sampai akhir zaman tetap ada kedengkian.
Ide mendirikan negara Yahudi dalam perkembangan gerakan Zionis,
sebenarnya banyak dipengaruhi oleh Theodore Herzl. Dalam tulisannya, Der
Jadenstaat (Negara Yahudi), dia mendorong organisasi Yahudi dunia untuk
meminta persetujuan Turki Usmani sebagai penguasa di Palestina agar
diizinkan membeli tanah di sana. Kaum Yahudi hanya diizinkan memasuki
Palestina untuk melaksanakan ibadah, bukan sebagai komunitas yang punya
ambisi politik (lihat: Palestine and The Arab-Israeli Conflict, 2000:
95).
Keputusan ini memicu gerakan Zionis radikal. Bersamaan dengan semakin
melemahnya pengaruh Turki Usmani, para imigran Zionis berdatangan
setelah berhasil membeli tanah di Palestina utara. Imigrasi
besar-besaran ini pun berubah menjadi penjajahan tatkala mereka berhasil
menguasai ekonomi, sosial dan politik di Palestina dengan dukungan
Inggris (Israel, Land of Tradition and Conflict, 1993:27).
Berakhirnya Perang Dunia I, Inggris berhasil menguasai Palestina
dengan mudah. Sherif Husein di Mekah yang dilobi untuk memberontak
kekuasaan Turki juga meraih kesuksesan. (1948 and After: Israel and
Palestine, 1990:149). Rakyat Palestina semakin terdesak dan menjadi
sasaran pembantaian. (2000:173). Agresi Zionis terus berlanjut, 360 desa
dan 14 kota yang didiami rakyat Palestina dihancurkan dan lebih 726.000
jiwa terpaksa mengungsi.
Akhirnya pada Jumat, 14 Mei 1948, negara baru Israel dideklarasikan
oleh Ben Gurion, bertepatan dengan 8 jam sebelum Inggris dijadwal
meninggalkan Palestina. Untuk strategi mempertahankan keamanannya di
masa berikutnya, Israel terus menempel AS hingga berhasil mendapat
pinjaman 100 juta U$D untuk mengembangkan senjata nuklir.
Elisabeth Diana Dewi dalam karya ilmiahnya, The Creation of The State
of Israel menguraikan bahwa secara filosofi, negara Israel dibentuk
berdasarkan tiga keyakinan yang tidak boleh dipertanyakan:
- tanah Israel hanya diberikan untuk bangsa pilihan Tuhan sebagai bagian dari Janji-Nya kepada mereka.
- pembentukan negara Israel modern adalah proses terbesar dari penyelamatan tanah bangsa Yahudi.
- pembentukan negara bagi mereka adalah solusi atas sejarah penderitaan Yahudi yang berjuang dalam kondisi tercerai berai (diaspora). Maka, merebut kembali seluruh tanah yang dijanjikan dalam Bibel adalah setara dengan penderitaan mereka selama 3000 tahun. Oleh sebab itu, semua bangsa non-Yahudi yang hidup di tanah itu adalah perampas dan layak untuk dibinasakan.
Yahudi dalam Al-Quran
Fakta fenomenal saat ini yang menggambarkan arogansi, kecongkakan dan
penindasan Yahudi terhadap kaum muslimin adalah hikmah yang harus
diambil dari Firman-Nya: Dan telah Kami tetapkan terhadap Bani Israil
dalam Kitab itu: "Sesungguhnya kamu akan membuat kerusakan di muka bumi
ini dua kali dan pasti kamu akan menyombongkan diri dengan kesombongan
yang besar." (QS.17:4). Dalam tafsir Jalalayn dijelaskan bahwa maksud
fil ardhi dalam ayat itu adalah bumi Syam yang meliputi Suriah,
Palestina, Libanon, Yordan dan sekitarnya.
Pembunuhan bukan hal asing dalam sejarah Yahudi. Bahkan nabi-nabi
mereka, seperti Nabi Zakariya dan Nabi Yahya pun dibunuh. Mereka juga
mengira telah berhasil membunuh Nabi Isa dan bangga atas usahanya. Tapi
Al-Quran membantahnya (QS.4:157). Inilah di antara makna bahwa yang
paling keras permusuhannya terhadap kaum beriman ialah orang Yahudi dan
musyrik (QS. 5:82).
Penolakan janji Allah (QS. 5:21-22) yang memastikan kemenangan jika
mau berperang bersama Nabi Musa, membuktikan sebenarnya Yahudi adalah
bangsa penakut, pesimis, tamak terhadap dunia dan lebih memilih hidup
hina daripada mati mulia. Bahkan QS. 5:24 menggambarkan bahwa mereka
tidak butuh tanah yang dijanjikan dan tidak ingin merdeka selama masih
ada sekelompok orang kuat yang tinggal di sana. Lalu mereka meminta Nabi
Musa dan Tuhannya berperang sendiri.
Oleh karena itu Al-Quran menggambarkan bahwa kerasnya batu tidak bisa
mengimbangi kerasnya hati kaum Yahudi. Sebab masih ada batu yang
terbelah lalu keluar mata air darinya dan ada juga yang meluncur jatuh
karena takut kepada Allah (QS. 2:74). Keras hati kaum Yahudi ini di
antaranya disebabkan hobi mereka mendengarkan berita dusta dan makan
dari usaha yang diharamkan (QS. 5:24).
Dua Belas Kejahatan Yahudi
Dalam buku Qabaih al-Yahud dijelas 12 kejahatan Yahudi yang termaktub dalam Al-Quran. Kejahatan itu adalah sebagai berikut:
Dalam buku Qabaih al-Yahud dijelas 12 kejahatan Yahudi yang termaktub dalam Al-Quran. Kejahatan itu adalah sebagai berikut:
- Menuduh Nabi Musa punya penyakit kusta karena tidak mau mandi bersama mereka. (QS. 33:69)
- Enggan melaksanakan Taurat, sehingga Allah mengangkat gunung Tursina untuk mengambil perjanjian yang teguh. (QS.2:93)
- Tidak mau beriman kecuali jika melihat Allah langsung. (QS. 2:55 dan 4:153)
- Merubah perintah agar masuk negeri yang dijanjikan seraya bersujud dan mengucapkan hithah, yakni memohon ampunan. Tapi mereka mengganti perintah itu dengan cara melata di atas anusnya dan mengatakan hinthah, yakni sebutir biji di rambut. (QS. 2:58-59)
- Menuduh Nabi Musa mengolok-olok mereka saat mereka disuruh menyembelih sapi betina. (QS. 2:67)
- Menulis Alkitab dengan tangan mereka, lalu mengatakan ini dari Allah. (QS. 2:79)
- Memutar-mutar lidahnya untuk menyakinkan bahwa yang dibacanya itu adalah wahyu yang asli. (QS. 3:78)
- Merubah Firman Allah. (QS.2:75)
- Menyembah patung sapi saat ditinggal Nabi Musa mengambil Taurat. (QS.2: 51 dan 92)
- Mengatakan Tangan Allah terbelenggu. (QS.5:64)
- Menuduh Allah itu faqir. (QS. 3:181)
- Menyuruh Nabi Musa dan Tuhannya berperang untuk mereka (QS.5:24)
Bani Israel setelah diselamatkan Nabi Musa A.S - tetap saja kembali Kafir
- emovie : Bangsa Bangsa yang dimusnahkan Allah SWT :movie
- emovie : Nabi Musa A.S :movie
Di samping itu, sosok nabi yang seharusnya dijadikan suri tauladan,
justru dinistakan. Nabi Ibrahim dalam Kejadian pasal 12:10-16 dan
20:1-14, dikisahkan sebagai orang yang hina, menjijikkan dan rakus harta
benda. Beliau dituduh menjual isterinya yang cantik demi meraih
keuntungan. Kitab suci mereka tidak pernah menceritakan beliau sebagai
Nabi pemberani yang menghancurkan patung meskipun harus dilemparkan
kedalam api, menyeru ayah dan kaumnya meninggalkan kemusyrikan. Kisah
memilukan juga menimpa Nabi Luth. Dalam Kejadian Pasal 19:30-38, beliau
dikisahkan menzinahi kedua putrinya dalam keadaan mabuk.
Islam adalah musuh permanen bagi Yahudi dan Nasrani. Sebab Islam
adalah satu-satunya agama yang kitab sucinya mengoreksi langsung
kesalahan dua agama itu. Ibarat seorang adik, ia berani membongkar
kejahatan kedua kakaknya. Oleh sebab itu, kedengkian mereka tidak akan
padam dan masih eksis dalam kajian-kajian mereka. Contoh kedengkian
intelektual ini seperti klaim bahwa Al-Quran banyak dipengaruhi kosa
kata Ibrani, seperti diungkapkan Adnin Armas dalam bukunya Metodologi
Bibel dalam Studi Al-Quran. Klaim ini dicetuskan oleh Abraham Geiger
(1810-1874), seorang rabi dan pendiri Yahudi Liberal di Jerman dalam
karyanya, Apa yang telah Muhammad pinjam dari Yahudi?
Jauh sebelumnya, Imam Syafii telah menolak tudingan semisal itu dan
menguatkan bahwa Al-Quran diturunkan dalam bahasa Arab. Sebab semua
lafadz dalam Al-Quran mustahil tidak dipahami oleh semua orang Arab,
meskipun sebagian lafadz itu ada yang tidak dimengerti oleh sebagian
orang Arab. Hal ini mengingat luasnya samudera bahasa Arab, bukan karena
kata itu tidak berasal dari bahasa Arab. Karena kata-kata yang
dituduhkan asing itu telah menjadi bahasa Arab, dikenal dan telah
digunakan oleh masyarakat Arab sebelum turunnya Al-Quran.
Anehnya, virus Geiger kini berkembang subur di sebagian umat.
Pengacauan studi Islam dan maraknya franchise-franchise hermeneutika
untuk menafsirkan Al-Quran di sebagian institusi pendidikan tinggi Islam
sangat potensial melemahkan akidah dan ukhuwah. Fenomena ini perlu
dipertimbangkan para tokoh umat di samping fatwa tentang pemboikotan
produk Israel dan Amerika.(hdt) SuaraMedia.Com
Label:
SEJARAH DUNIA
|
0
komentar
Hari Ayah memang tidak sepopuler Hari Ibu. Sebagai bentuk sebuah penghormatan kepada sosok Ayah akan peran dan tanggung jawabnya dalam rumah tangga, maka muncul ide untuk memperingati Hari Ayah.
Hari Ayah biasa dirayakan pada minggu ketiga di bulan Juni dan ditetapkan sebagai hari libur di beberapa negara. Hari Ayah pertama kali dirayakan pada 102 tahun yang lalu. Asal mula perayaan Hari Ayah terilhami kisah Smart Dood, seorang anak perempuan warga Spokane, Washington, Amerika Serikat, setelah mendengarkan khotbah pada Hari Ibu pada tahun 1909. Smart Dodd merupakan salah satu dari enam anak yang dibesarkan oleh ayahnya seorang diri karena ibunya telah meninggal dunia.
Untuk menghormati jerih payah dan perjuangan ayahnya maka Smart Dood memiliki gagasan dan mendorong gereja-gereja lokal untuk memperingati Hari Ayah. Di Amerika Serikat, pada tahun 1972 semasa Presiden Richard Nixon, Hari Ayah resmi dijadikan hari libur.
Dosen psikologi dari University of Massachusetts di Amherst, Nicole Gilbert Cote, yang meneliti fenomena Hari Ayah menjelaskan, setelah 40 tahun kemudian ternyata para Ayah lebih menikmati liburan di hari mereka ketimbang para ibu dengan Hari Ibu.
Salah satu alasannya yakni bahwa para ibu berharap saat merayakan Hari Ibu, mereka akan terbebas dari tugas-tugas yang bersifat stereotype seorang ibu seperti memasak dan membersihkan rumah. Sayangnya hal ini tidak pernah terjadi saat para Ibu merayakan hari besar mereka.
Namun, menurut survei yang dilakukan pada 350 ayah untuk mengukur sikap mereka terhadap perayaan hari Ayah, ternyata stereotype lama tersebut tidak berlaku sepenuhnya saat ini. Para pria mengungkapkan bahwa mereka lebih berperan dalam merawat anak, membersihkan rumah, dan memasak. Sementara mereka juga bertanggung jawab dalam hal otomotif, rumah tangga, dan pemeliharaan lingkungan rumah.
"Peran perempuan di luar rumah tangga semakin meluas, peran laki-laki di dalam rumah tangga semakin berkembang," kata antropolog Helen Fisher dari Rutgers University dalam rilis berita yang disertai dengan survey, seperti dikutip dari ManoftheHouse.com
Hadiah yang biasa diberikan pada Hari Ayah adalah kartu ucapan. Menurut perusahaan kartu, Hallmark, sekitar 90 juta kartu dipertukarkan pada Hari Ayah. Perayaan ini membuat Hari Ayah menempati urutan keempat pengiriman kartu saat hari libur di Amerika Serikat, setelah Hari Natal (1,8 miliar kartu), Hari Valentine (152 juta kartu), dan Hari Ibu (141 juta kartu).
(Umi Rasmi. Sumber: National Geographic News)
Label:
SEJARAH DUNIA
|
0
komentar
TEXAS (Berita SuaraMedia) - Pengadilan di Texas, AS, telah menjatuhkan
hukuman 65 tahun penjara kepada seorang mantan kepala yayasan amal
Muslim karena memberikan bantuan kepada kelompok pejuang Islam
Palestina, Hamas.
Shukri Abu-Baker,
mantan direktur eksekutif yayasan terebut, dan Ghassan Elashi, mantan
ketuanya, dua dari lima karyawan Holy Land Foundation tahun lalu
didakawa telah memberikan lebih dari $ 12 juta untuk Hamas.
"Saya melakukannya
karena saya peduli, sukarela, bukan atas perintah dari Hamas," Abu-Baker
mengatakan kepada sebuah pengadilan Texas pada Rabu, menurut sebuah
laporan dari situs Dallas Morning News.
Salah satu pendiri
Holy Land Foundation, Mohamed El-Mezain, yang merupakan saudara Mousa
Abu Marzook, wakil pemimpin Hamas, telah dihukum 15 tahun penjara untuk
memberikan bantuan kepada kelompok tersebut.
Dua karyawan lainnya Mufid Abdulqader dan Abdulrahman Odeh sedang menunggu keputusan penjatuhan hukuman pada hari Rabu nanti.
Abu-Baker dan Elashi
divonis atas gabungan dari 69 tuntutan, termasuk mendukung organisasi
"teroris", pencucian uang dan penipuan pajak.
Abdulqader dan Odeh divonis untuk tiga macam konspirasi.
Holy Land Foundation, yang sebelumnya adalah yayasan amal Muslim terbesar di AS, sendiri divonis atas 32 tuntutan.
Persidangan sebelumnya
berakhir pada bulan Oktober 2009 dengan satu orang tidak bersalah atas
31 tuntutan, namun para juri tidak dapat menemukan kata sepakat atas
yang lainnya.
Jaksa mengatakan
yayasan tersebut telah telah menyebarkan ideologi Hamas dengan mendanai
sekolah, rumah sakit dan program-program kesejahteraan sosial yang
dikontrol oleh kelompok tersebut di wilayah Palestina, dan memungkinkan
mereka untuk mengalihkan dana tersebut untuk kegiatan perang.
Pendukung Yayasan
tersebut menduga bahwa pemerintah telah ikut campur tangan dan
menjadikan kasus tersebut sebagai bagian dari apa yang disebut teror
perang dan mengabaikan misi utama yayasan amal tersebut dalam memberikan
bantuan kepada sangat miskin wilayah Palestina.
Mereka berkata tidak
ada uang yang digunakan untuk membiayai kekerasan, dan kasus tersebut
sebenarnya hanyalah "produk sampingan" dari apa yang disebut sentimen
anti-Islam setelah serangan 11 September di tahun 2001.
Tetapi jaksa
berpendapat bahwa bantuan kemanusiaan yang dikirim oleh yayasan tersebut
mengizinkan Hamas untuk mengalihkannya untuk mendanai kegiatan-kegiatan
militan.
Juri telah mencapai
keputusan bersalah tahun lalu, setelah delapan hari dari pembahasan dan
diikuti sidang ulangan dari terhadap yayasan yang berbasis di Texas
tersebut.
Itu adalah persidangan mengenai pembiayaan "terorisme" terbesar sejak serangan 9 / 11.
Dakwaan terhadap
yayasan tersebut menyatakan bahwa mereka mensponsori anak yatim dan
keluarga Palestina di Tepi Barat dan Gaza yang saudaranya telah
meninggal atau dipenjara sebagai akibat dari serangan Israel.
Pejabat pemerintah
telah mengrebek pusat yayasan Holy Land Foundation tersebut pada bulan
Desember 2001, dan George Bush, Presiden Amerika Serikat, kemudian
mengumumkan bahwa perampasan aset yayasan tersebut sebagai "langkah lain
dalam memerangi terorisme".
Yayasan tersebut ditutup dan aset mereka telah dibekukan pada tahun 2001.
Sementara itu,
pengacara pembela mereka mengatakan kliennya dibawa ke persidangan
karena mereka memiliki ikatan keluarga dengan anggota Hamas, Khaled
Meshaal, pemimpin politik Hamas yang diasingkan di Syria, yang juga
merupakan saudara Abdulqader, salah satu dari lima terdakwa.
Sebagai alasan
banding, pengacara yayasan tersebut diharapkan untuk memberi kesaksian
balasan terhadap kesaksian yang diberikan oleh agen pemerintah Israel
yang namanya disembunyikan dengan alasan keamanan.
Berikut adalah kelima terdakwa kasus ini.
Ghassan Elashi, 55,
berasal dari Richardson. Ia membantu mendirikan Holy Land Foundation,
yang kemudian berubah nama menjadi The Occupied Land Fund. Yayasan
tersebut dipindahkan dari California pada tahun 1992 dan pada saat yang
sama, Elashi resmi menjadi warga AS.
Elashi, yang lahir di
Gaza bersama saudaranya mendirikan InfoCom, sebuah perusahaan komputer
di Tanah Suci. Dalam sidang Holy juri menyatakan ia bersalah atas 35
tuduhan termasuk mendukung Hamas, pencucian uang dan penipuan pajak, dan
akhirnya dijatuhi hukuman seumur hidup.
Kemudian Shukri Abu
Baker, 50, kelahiran Brazil pada tahun 1959, pindah ke wilayah Palestina
sedari kecil dan tinggal di Kuwait sebelum pindah di AS pada tahun
1980. Dia menjabat sebagai CEO Holy Land. Sama seperti Elashi, ia juga
dijatuhi hukuman bersalah atas 35 tuduhan termasuk mendukung Hamas,
pencucian uang dan penipuan pajak. Baker dijatuhi hukuman seumur hidup.
Mufid Abdulqader, 49,
dan Abdulrahman Odeh, 49, kelahiran Tepi Barat pada tahun 1959.
Abdulqader, warga resmi Amerika, merupakan seorang sukarelawan Holy Land
Foundation. Dia adalah seorang mantan insinyur Dallas yang mengawasi
renovasi Bishop Arts District. Juri menyatakan mereka bersalah atas tiga
tuduhan termasuk konspirasi dalam memenuhi dukungan material terhadap
organisasi teroris internasional, konspirasi penyediaan dana, barang dan
jasa, dan mengaku melakukan pencucian uang. Mereka diperkirakan akan
dijatuhi hukuman 55 tahun penjara.
Mohammad El-Mezain,
55, adalah seorang imam sebelum pindah ke California untuk menjalankan
Holy Land Foundation di tahun 1999. Juri menganggap ia bersalah atas
penyediaan dukungan terhadap Hamas. Dia dijatuhi hukuman 15 tahun
penjara.(iw/ajz/dn/bbc) suaramedia.com
Label:
SEJARAH DUNIA
|
0
komentar
Seorang laki-laki berjalan tergesa-gesa menuju kediaman khalifah Umar bin Khatab. Ia ingin mengadu pada khalifah; tak tahan dengan kecerewetan istrinya. Begitu sampai di depan rumah khalifah, laki-laki itu tertegun.
Dari dalam rumah terdengar istri Umar sedang ngomel, marah-marah.
Cerewetnya melebihi istri yang akan diadukannya pada Umar. Tapi, tak
sepatah katapun terdengar keluhan dari mulut khalifah. Umar diam saja,
mendengarkan istrinya yang sedang gundah. Akhirnya lelaki itu
mengurungkan niatnya, batal melaporkan istrinya pada Umar.
Apa yang membuat seorang Umar bin Khatab yang disegani kawan maupun
lawan, berdiam diri saat istrinya ngomel? Mengapa ia hanya mendengarkan,
padahal di luar sana, ia selalu tegas pada siapapun?
Umar berdiam diri karena ingat 5 hal.
1. Benteng Penjaga Api Neraka
Kelemahan laki-laki ada di mata. Jika ia tak bisa menundukkan
pandangannya, niscaya panah-panah setan berlesatan dari matanya,
membidik tubuh-tubuh elok di sekitarnya.
Panah yang tertancap membuat darah mendesir, bergolak, membangkitkan
raksasa dalam dirinya. Sang raksasa dapat melakukan apapun demi
terpuasnya satu hal; syahwat. Adalah sang istri yang selalu berada di
sisi, menjadi ladang bagi laki-laki untuk menyemai benih, menuai buah di
kemudian hari.
Adalah istri tempat ia mengalirkan berjuta gelora. Biar lepas dan
bukan azab yang kelak diterimanya Ia malah mendapatkan dua kenikmatan:
dunia dan akhirat. Maka, ketika Umar terpikat pada liukan penari yang
datang dari kobaran api, ia akan ingat pada istri, pada penyelamat yang
melindunginya dari liukan indah namun membakar. Bukankah sang istri
dapat menari, bernyanyi dengan liuka yang sama, lebih indah malah.
Membawanya ke langit biru. Melambungkan raga hingga langit ketujuh.
Lebih dari itu istri yang salihah selalu menjadi penyemangatnya dalam
mencari nafkah.
2. Pemelihara Rumah
Pagi hingga sore suami bekerja. Berpeluh. Terkadang sampai mejelang
malam. Mengumpulkan harta. Setiap hari selalu begitu. Ia pengumpul dan
terkadang tak begitu peduli dengan apa yang dikumpulkannya. Mendapatkan
uang, beli ini beli itu. Untunglah ada istri yang selalu menjaga,
memelihara. Agar harta diperoleh dengan keringat, air mata, bahkan darah
tak menguap sia-sia Ada istri yang siap menjadi pemelihara selama 24
jam, tanpa bayaran.
Jika suami menggaji seseorang untuk menjaga hartanya 24 jam, dengan
penuh cinta, kasih sayang, dan rasa memiliki yang tinggi, siapa yang
sudi? Berapa pula ia mau dibayar. Niscaya sulit menemukan pemelihara
rumah yang lebih telaten daripada istrinya. Umar ingat betul akan hal
itu. Maka tak ada salahnya ia mendengarkan omelan istri, karena
(mungkin) ia lelah menjaga harta-harta sang suami yang semakin hari
semakin membebani.
3. Penjaga Penampilan
Umumnya laki-laki tak bisa menjaga penampilan. Kulit legam tapi
berpakaian warna gelap. Tubuh tambun malah suka baju bermotif besar.
Atasan dan bawahan sering tak sepadan. Untunglah suami punya penata
busana yang setiap pagi menyiapkan pakaianannya, memilihkan apa yang
pantas untuknya, menjahitkan sendiri di waktu luang, menisik bila ada
yang sobek. Suami yang tampil menawan adalah wujud ketelatenan istri.
Tak mengapa mendengarnya berkeluh kesah atas kecakapannya itu
4. Pengasuh Anak-anak
Suami menyemai benih di ladang istri. Benih tumbuh, mekar. Sembilan
bulan istri bersusah payah merawat benih hingga lahir tunas yang
menggembirakan. Tak berhenti sampai di situ. Istri juga merawat tunas
agar tumbuh besar. Kokoh dan kuat. Jika ada yang salah dengan
pertumbuhan sang tunas, pastilah istri yang disalahkan. Bila tunas
membanggakan lebih dulu suami maju ke depan, mengaku, ?akulah yang
membuatnya begitu.? Baik buruknya sang tunas beberapa tahun ke depan tak
lepas dari sentuhan tangannya. Umar paham benar akan hal itu.
5. Penyedia Hidangan
Pulang kerja, suami memikul lelah di badan. Energi terkuras,
beraktivitas di seharian. Ia butuh asupan untuk mengembalikan energi. Di
meja makan suami Cuma tahu ada hidangan: ayam panggang kecap, sayur
asam, sambal terasi danlalapan. Tak terpikir olehnya harga ayam
melambung; tadi bagi istrinya sempat berdebat, menawar, harga melebihi
anggaran. Tak perlu suami memotong sayuran, mengulek bumbu, dan
memilah-milih cabai dan bawang. Tak pusing ia memikirkan berapa takaran
bumbu agar rasa pas di lidah. Yang suami tahu hanya makan. Itupun
terkadang dengan jumlah berlebihan; menyisakan sedikit saja untuk istri
si juru masak. Tanpa perhitungan istri selalu menjadi koki terbaik untuk
suami. Mencatat dalam memori makanan apa yang disuka dan dibenci suami.
Dengan mengingat lima peran ini, Umar kerap diam setiap istrinya
ngomel. Mungkin dia capek, mungkin dia jenuh dengan segala beban rumah
tangga di pundaknya. Istri telah berusaha membentenginya dari api
neraka, memelihara hartanya, menjaga penampilannya, mengasuh anak-anak,
menyediakan hidangan untuknya. Untuk segala kemurahan hati sang istri,
tak mengapa ia mendengarkan keluh kesah buah lelah.
Umar hanya mengingat kebaikan-kebaikan istri untuk menutupi segala
cela dan kekurangannya. Bila istri sudah puas menumpahkan kata-katanya,
barulah ia menasehati, dengan cara yang baik, dengan bercanda. Hingga
tak terhindar pertumpahan ludah dan caci maki tak terpuji. Akankah
suami-suami masa kini dapat mencontoh perilaku Umar ini. Ia tak hanya
berhasil memimpin negara tapi juga menjadi imam idaman bagi keluarganya.
(ar/ki) www.suaramedia.com
Label:
SEJARAH DUNIA
|
0
komentar
Dunia kedokteran Barat mengklaim sebagai perintis di bidang anestesi
atau pembiusan. Mereka menyebut Oliver Wendel Holmes Sr sebagai dokter
pertama di dunia yang memperkenalkan istilah anestesi. Klaim itu tentu
saja sangat ahistoris. Betapa tidak, ratusan tahun sebelum Holmes
mengenal anestesi tahun 1846, dunia kedokteran Islam telah mengenal dan
mengembangkan anestesi.
Anestesi berasal dari bahasa Yunani yang berarti suatu tindakan
menghilangkan rasa sakit saat melakukan pembedahan dan berbagai prosedur
lainnya pada tubuh. Sembilan abad sebelum Holmes lahir, para dokter
Muslim terkemuka, seperti Ibnu Sina, Al-Zahrawi, Ibnu Zuhr, dan Ibnu
Al-Nafis telah sukses melakukan operasi pembedahan.
Menurut Prof Dr M Taha Jasser dalam tulisannya bertajuk Anaesthesia
In Islamic Medicine and Its Influence on Western, dokter Muslim di era
keemasan sudah menguasai ilmu bedah. Mereka sudah terbiasa melakukan
operasi besar, seperti amputasi, operasi tumor, pengobatan tulang patah,
dan beragam operasi lainnya. Sebuah pencapaian gemilang yang belum
pernah dilakukan peradaban sebelumnya.
Peradaban sebelum Islam dan kebudayaan lain yang sezaman dengan dunia
Islam memandang, penderitaan kerena rasa sakit merupakan harga yang
harus dibayar seorang manusia atas dosa yang diperbuat. Namun, para
dokter Islam menolak konsep yang menyatakan rasa sakit sebagai hukuman
dari Tuhan.
''Itulah yang mendorong para dokter Muslim mengembangkan bidang
anestesi,'' papar Prof Taha. Menurut dia, untuk menghilangkan rasa sakit
pada pasien yang akan menjalani operasi atau pembedahan, para dokter
Muslim di era kekhalifahan menggunakan obat penenang dan campuran
analgesik.
Dalam Canon of Medicine, dokter Muslim legendaris Ibnu Sina telah
mengungkapkan penggunaan anestesi. Dokter kelahiran Afshana, Bukhara,
tahun 980 M itu telah mempersiapkan minuman campuran mandagora
(tanamaman mandrak) dan obat tidur. Tanaman lainnya yang digunakan untuk
anestesi saat operasi pembedahan, antara lain, hashish, opium poppies,
shweikran, bhang, dan hyoscyamus.
Prof Mohamad S Takrouri dari Departemen Anestesi Universitas King
Khalid Riyadh mengatakan, anestesi yang dikembangkan kedokteran Islam
sangat unik. ''Benar-benar mampu menghilangkan rasa sakit pada pasien
yang akan dioperasi,'' paparnya. Anestesi dalam dunia Islam, imbuh Prof
Takrouri, jauh berbeda bila dibandingkan yang dikembangkan peradaban
India, Yunani, dan Romawi.
''Anestesi dari ketiga peradaban itu tak membantu menghilangkan rasa
sakit,'' imbuh Takrouri. Ia mengungkapkan, salah satu bentuk anestesi
asli yang dikembangkan peradaban Islam adalah 'spon obat tidur'
(soporific sponge). Teknik tersebut, papar, Prof Takrouri, tak dikenal
dalam peradaban sebelum Islam.
Spon obat tidur itu terbuat dari campuran hashish, papver, dan
hyocymine. ''Campuran itu lalu dikeringkan di bawah sinar matahari,''
ujar Prof Takrouri. Ketika akan digunakan, campuran itu kemudian
dilembabkan dan ditempatkan di hidung pasien yang akan menjalani
operasi. Seketika pasien akan tertidur dan tak akan merasakan sakitnya
operasi.
Teknik anestesi seperti ini baru dikenal kedokteran Barat--terutama
Eropa--pada abad ke-18 M. Dunia kedokteran Barat kemudian mengembangkan
anestesi inhalational modern pada abad ke-19. Penemuan itu telah
dipengaruhi oleh karya-karya dokter Muslim yang beredar dan diajarkan di
universitas-universitas Barat. ''Dasar-dasar anestesi melalui
pernapasan berasal dari Islam,'' kata Prof Takrouri menegaskan.
Di bidang kimia, papar Prof Dr M Taha Jasser, ikatan eter (-0-)
merupakan bahan dasar yang digunakan untuk anestesi (diethyl, eter,
methoxyflurane, enflurane, fluroxene, forane). Lagi-lagi peradaban Barat
juga mengklaim sebagai penemu zat yang menjadi bahan utama untuk
anestesi. Adalah Velerius Cordus yang mengaku sebagai penemu ikatan
eter. Namun, Amstrong Davidson meragukan klaim Cordus itu.
"Saya tak yakin bahwa Cordus yang meninggal di 1544 pantas disebut
sebagai penemuan ikatan eter,'' papar Davidson. Keraguan Davidson
ternyata benar. Faktanya, beberapa abad sebelum Cordus menemukan eter,
dokter Muslim di era kejayaan Islam telah berhasil menemukannya. Menurut
Prof Taha, penemu eter radikal (-0-) itu adalah Al-Kindi.
Ilmuwan Muslim itu berhasil melakukan penyaringan alkohol. Bahkan,
sebenarnya nama alkohol pun berasal dari bahasa Arab, yakni 'Al-goul'
yang berarti sesuatu yang berada di bawah sadar. Alkisah, pada zaman
keemasan Islam di Kudus Turan beredar 'anggur surga' yang bebas al-goul.
Orang-orang meminumnya tak mabuk. "Kata alkohol adalah bentuk jamak
dari Al-kuhl,'' ungkap MY Hashimi (1968).
Selain itu, terdapat bukti bahwa Sulfuric Acid telah ditemukan oleh
al-Razi. Senyawa ini digunakan untuk menyuling alkohol. Mengingat bahwa
diethyl eter dapat dihasilkan oleh ekstraksi air dari alkohol (2C2H5OH +
H2S04 ------- C2H5 + H2O-O-C2H5 + H2 SO4), terdapat kemungkinan bahwa
umat Islam telah lama menguasai pembuatan bahan yang digunakan untuk
anestesi.
Dalam dunia kedokteran dikenal dua jenis obat untuk menghilangkan
nyeri, yaitu analgetik dan anestesi. Analgetik adalah obat pereda nyeri
tanpa disertai hilangnya perasaan secara total. Seseorang yang
mengonsumsi analgetik tetap berada dalam keadaan sadar. Analgetik tidak
selalu menghilangkan seluruh rasa nyeri, tetapi selalu meringankan rasa
nyeri.
Beberapa jenis anestesi menyebabkan hilangnya kesadaran, sedangkan
jenis yang lainnya hanya menghilangkan nyeri dari bagian tubuh tertentu
dan pemakainya tetap sadar. Selain itu, terdapat beberapa tipe anestesi,
antara lain, pembiusan total yang mampu menghilangkan kesadaran total
dan pembiusan lokal yang dapat menghilangkan rasa sakit pada bagian
tubuh tertentu yang diinginkan.
Serta, pembiusan regional, yakni hilangnya rasa pada bagian yang
lebih luas dari tubuh oleh blokade selektif pada jaringan spinal atau
saraf yang berhubungan dengannya. Pembiusan lokal atau anestesi lokal
adalah salah satu jenis anestesi yang hanya melumpuhkan sebagian tubuh
manusia dan tanpa menyebabkan manusia kehilangan kesadaran.
Umat Muslim selalu tampil sebagai penemu dalam berbagai bidang di
dunia kedokteran modern. Dalam bidang anestesi, kontribusi umat Islam
sungguh sangat besar. Pengaruhnya terhadap dunia Barat juga tak dapat
dibantah. Hal itu dapat dilihat dari penemuan kedokteran Barat di dunia
modern yang terinspirasi oleh karya-karya dokter Muslim. ''Kini, saatnya
dunia Islam harus menunjukkan kembali kontribusinya,'' tutur Prof Taha.
N heri ruslan/desy susilawati
Dokter Muslim Perintis Anestesi
Ibnu Zuhr
Ia dijuluki sebagai bapak ilmu bedah eksperimental. Ibnu Zuhr dokter Muslim kelahiran Seville, Spanyol itu memang telah dianggap telah berjasa memperkenalkan metode eksperimental dalam ilmu bedah. Sang dokter pun tercatat sebagai dokter perintis yang memperkenalkan metode bedah manusia dan autopsi.
Ia dijuluki sebagai bapak ilmu bedah eksperimental. Ibnu Zuhr dokter Muslim kelahiran Seville, Spanyol itu memang telah dianggap telah berjasa memperkenalkan metode eksperimental dalam ilmu bedah. Sang dokter pun tercatat sebagai dokter perintis yang memperkenalkan metode bedah manusia dan autopsi.
Ibnu Zuhr belajar di Universitas Cordoba. Dia merupakan keluarga Bani
Zuhr yang menghasilkan lima generasi dokter, termasuk dua dokter
perempuan yang bertugas di Almohad penguasa Abu Yusuf Ya'qub Al-Mansur.
Ibnu Zuhr juga merupakan guru dari Averroes. Dia mulai melakukan praktik
dan pelatihan medikal setelah ayahnya, Abu'l-Ala Zuhr.
Dia dikenal sebagai pencetus operasi berkat percobaan yang
dilakukannya. Awalnya, ia menguji coba hewan, selanjutnya ia mencoba
pembedahan terhadap mayat. Cara ini kemudian dikenalkan olehnya kepada
manusia berkat hasil eksperimennya itu.Ibn Zuhr juga disebut sebagai
anestesiolog. Dalam anestesiologi, anestesi modern dikembangkan dalam
Islam Spanyol. Dia merupakan dokter pertama yang menemukan teknik
anestesi lewat pernapasan.
Al-Zahrawi
Ahli bedah yang termasyhur hingga ke abad ke-21 itu bernama lengkap Abu al-Qasim Khalaf ibn al-Abbas Al-Zahrawi. Ia terlahir pada tahun 936 M di kota Al-Zahra, sebuah kota berjarak 9,6 km dari Cordoba, Spanyol. Al-Zahrawi merupakan keturunan Arab Ansar yang menetap di Spanyol. Di kota Cordoba itulah dia menimba ilmu, mengajarkan ilmu kedokteran, mengobati masyarakat, serta mengembangkan ilmu bedah bahkan hingga tutup usia.
Ahli bedah yang termasyhur hingga ke abad ke-21 itu bernama lengkap Abu al-Qasim Khalaf ibn al-Abbas Al-Zahrawi. Ia terlahir pada tahun 936 M di kota Al-Zahra, sebuah kota berjarak 9,6 km dari Cordoba, Spanyol. Al-Zahrawi merupakan keturunan Arab Ansar yang menetap di Spanyol. Di kota Cordoba itulah dia menimba ilmu, mengajarkan ilmu kedokteran, mengobati masyarakat, serta mengembangkan ilmu bedah bahkan hingga tutup usia.
Dalam kitab yang diwariskannya bagi peradaban dunia, Al-Tasrif--
Al-Zahrawi secara perinci dan lugas mengupas tentang ilmu bedah,
orthopedi, opththalmologi, farmakologi, serta ilmu kedokteran secara
umum. Ia juga mengupas tentang kosmetika. Al-Zahrawi pun ternyata begitu
berjasa dalam bidang kosmetika. Sederet produk kosmetika, seperti
deodoran, hand lotion, dan pewarna rambut yang berkembang hingga kini
merupakan hasil karya Al-Zahrawi.
Popularitas Al-Zahrawi sebagai dokter bedah yang andal menyebar
hingga ke seantero Eropa. Tak heran, bila kemudian pasien dan anak muda
yang ingin belajar ilmu kedokteran dari Abulcasis berdatangan dari
berbagai penjuru Eropa. Menurut Will Durant, pada masa itu Cordoba
menjadi tempat favorit bagi orang-orang Eropa yang ingin menjalani
operasi bedah. Di puncak kejayaannya, Cordoba memiliki tak kurang 50
rumah sakit yang menawarkan pelayanan yang prima.
Orang Barat mengenalnya sebagai Abulcasis. Al-Zahrawi adalah seorang
dokter bedah yang amat fenomenal. Karya dan hasil pemikirannya banyak
diadopsi para dokter di dunia Barat. ''Prinsip-prinsip ilmu kedokteran
yang diajarkan Al-Zahrawi menjadi kurikulum pendidikan kedokteran di
Eropa,'' ujar Dr Campbell dalam History of Arab Medicine.(rb) www.suaramedia.com
Label:
SEJARAH DUNIA
|
0
komentar
Bukti tertua kehadiran huruf Arab pada fase awal Islam di Nusantara
ditemukan di sebuah makam di desa Leran, 8 Km utara kota Gersik Jawa
Timur.
Huruf itu terdapat pada Nisan Fatimah binti Maimun bin Hibatullah.
Dia wafat pada hari Jumat 12 Rabiulawal 475 Hijriyah / 1082 Masehi.
Penanggalan itu menunjukkan nisan dipusara anak perempuan Maimun ini
merupakan bukti tertua penggunaan tulisan Arab di Asia Tenggara.
Demikian di tuliskan pada buku panduan pameran Budaya Islam di Aula
Institut Agama Islam Negeri (IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta), pada
tanggal 11-17 September 1995.
Inskripsi nisan Fatimah terdiri atas tujuh baris, di tulis dengan
huruf Arab dengan gaya Kufi, salah satu ragam kaligrafi, dengan tata
bahasa Arab yang baik. Nisan ini juga memuat ayat Al-Qur’an, antara lain
surat Al-Rahman ayat 28-27 dan surat Ali Imron ayat 185.
Bersama nisan Maulana Malik Ibrahim, yang wafat pada 12 Rabiulawal
822 H / 8 April 1419 M, juga dimakamkan di Gresik, mengukuhkan pendapat
bahwa Islam masuk ke Nusantara melalui Persia dan Gujarat. Ada juga
sarjana yang mengatakan batu nisan tersebut mirip kuil tembok Hindu di
Gujarat.
Prof. DR. PA. Hoesien Djajadiningrat menyatakan, “Bukti agama Islam
masuk ke Nusantara dari Iran (persia), ialah ejaan dalam tulisan Arab,
baris di atas, di bawah, dan di depan disebut jabar, Jer dan Pes. Ini
adalah bahasa Iran. Kalau menurut bahasa Arab, ejaannya adalah Fathah,
Kasrah dan Dhammah. Begitu pula huruf Sin yang tidak bergigi, sedangkan
huruf Sin dalam bahasa arab adalah bergigi, ini adalah salah satu bukti
yang terang.”
Siapakah Fatimah binti Maimun? Ahli sejarah Cirebon abad ke 17,
Wangsakerta, sebagai pangeran ketiga keraton pernah melakukan
Gotrasawala (musyawarah kekeluargaan) ahli sejarah se Nusantara
menelusuri silsilah para Syekh, guru agama dan Sultan keturunan Nabi
Muhammad SAW yang menjadi tokoh penyebar agama Islam di Nusantara.
Wangsakerta berdiskusi dengan Mahakawi sejarah dari Pasai, Jawa Timur,
Cirebon, Arab, Kudus, dan Surabaya, serta ulama dari Cirebon dan Banten.
Hasilnya sebagai berikut: Rasulullah Muhammad SAW berputri Fatimah
yang menikah dengan Ali bin Abi Thalib, berputra Husaian, berputra
Zainal Abidin, yang menurunkan Muhammad Al-Baqir, bapak Ja’far Shadiq,
berputra Ali Al-Uraidi, ayah Sulaiman Al-Basri, yang menetap di Persi,
Sulaiman Abu Zain Al-Basri, yang menurunkan Ahmad Al-Baruni, ayah Sayyid
Idris Al-Malik, yang berputra Muhammad Makdum Sidiq, yang terakhir ini
adalah ayah Hibatullah, kakek Fatimah binti Maimun.
Masih menurut penelusuran itu, Fatimah menikah dengan Pria bernama Hassan yang berasal dari Arab bagian selatan.
Tentang Fatimah binti Maimun ini, pasangan peneliti H.J. de Graaf dan
Th. Piqeaud menghubungkan-nya dengan tradisi Lisan Jawa, tentang putri
Leran atau putri Dewi Swara. Dalam kaitan ini, kedua pakar Belanda ini
juga menerima anggapan bahwa Gresik merupakan pusat tertua agama Islam
di Jawa Timur.
Dengan demikian, tidak mustahil Fatimah binti Maimun itu pendakwah
Islam pertama di Tanah Jawa, bahkan sangat boleh jadi di Nusantara.
Namun ada penulis yang menyatakan, kakeknya pedagang dari Timur tengah,
Hibatullah, menetap di Leran, dan menikah dengan wanita setempat, bahkan
di duga sudah membangun masjid.
Apakah faktor kebetulan bila desa tempat Fatimah binti Maimun di
makamkan itu bernama Leran? Tentu saja hal ini telah menjadi
perbincangan para ahli sejarah sejak lama.
Cendikiawan Muslim Oemar Amin Hoesin, misalnya berpendapat, di Persia
itu ada satu suku namanya “Leren”, suku inilah yang mungkin dahulu
datang ke tanah Jawa, sebab di Giri ada kampung Leren juga namanya.
Begitu pula, ada suku Jawi di Persia. Suku inilah yang mengajarkan huruf
Arab yang terkenal di Jawa dengan huruf Pegon.
Dalam hal ini, Moh. Hari Soewarno mencatat, Leran sebenarnya nama
suku di Iran. mungkin Fatimah berasal dari Parsi, sebab data itu bisa
dibandingkan dengan data lain di Iran sendiri. Di sanapun terdapat desa
yang namanya Jawi, sehingga dapat di tarik kesimpulan, pada abad ke ke
11 itu sudah ada lalu lintas dagang antara negeri kita dengan negeri
Parsi. Peristiwa itu pasti terjadi berulang-ulang serta di mengerti
banyak orang, baik di Jawa maupun di Iran.
Menurutnya, orang Parsi, yang datang ke Jawa merasa kerasan, lalu
menetap. Sebaliknya orang Jawa yang merasa senang di Iran lalu menetap
di sana dan menamai desanya Jawi – untuk menunjukkan perkampungan orang
Jawa disana..
Jadi, dapat disimpulkan, Fatimah binti Maimun adalah orang Parsi yang
menetap di Jawa (tepatnya di Gresik), lalu perkampungannya disana
hingga sekarang terkenal sebagai desa Leran. Lebih jauh diketahui, di
Kediri pada Abad ke 11 sudah banyak orang membuat rumah indah dengan
genting warna-warni, kuning dan hijau. Gaya rumah demikian banyak kita
jumpai di Parsi.
Apakah juga faktor kebetulan jika dari tanah Persia, Fatimah binti
Maimun merantau ke pelabuhan Gresik, kemudian tinggal serta wafat dan
dimakamkan di sana? Bersama nisan ulama Persia Maulana Malik Ibrahim,
yang berangka tahun 882 H / 1419 M, sedang Nisan Fatimah yang berangka
475 H / 1082 M dilihat sebagai bukti bahwa pada waktu itu banyak orang
Gresik yang telah menganut agama Islam. Bahkan sebelum kedatangan para
Wali periode pertama, sudah banyak pedagang Islam di tanah Jawa. Mereka
memilih daerah pelabuhan Gresik, yang saat itu sedang dalam kekuasaan
kerajaan Majapahit, sebagai tempat tinggal mereka.
Bersama Tuban dan Jepara, pelabuhan Gresik sejak zaman Prabu
Airlangga (1019-1041 M) bertahta, telah terjalin hubungan dagang dengan
negara-negara manca. Di pantai Tuban banyak ditemukan kepingan uang emas
dinar Arab bertarikh abad ke 9 – 10, yang menunjukkan bahwa lalu
lintas niaga antara Jawa dan Timur Tengah sudah pesat.
Akan halnya kedudukan Gresik yang istimewa itu, ahli obat-obatan
bangsa Portugal, Tom Pires, yang menyusuri utara pantai Jawa pada Maret
sampai Juni 1513, mencatat dalam jurnalnya, “Mereka mulai berdagang di
negeri itu dan bertambah kaya. Mereka berhasil membangun masjid dan
Mullah, para ulama di datangkan dari Luar.”
Mengenai kemampuan melaut orang Jawa, Babat Tanah Jawi versi J.J.
Meinnsma menggambarkan betapa kapal layar Jawa telah mengarungi samudra
jauh sampai ke negeri Sophala di pantai Afrika Timur yang berhadapan
dengan Madagaskar. Penjelajajahan itu terkait dengan kemajuan bidang
industri pembuatan alat pertanian, seperti Cangkul dan sabit, serta alat
persenjataan, yakni Keris yang bahan bakunya harus di cari sampai ke
Afrika Timur. Itulah sebabnya, orang Jawa memberanikan diri berlayar ke
Sophala dengan tujuan mencari bahan mentah besi yang ada di sana.
Akan tetapi ahli keris B.K.R.T. Hertog Djojonegoro menyatakan bahwa
yang dicari jauh-jauh itu bukan hanya besi, melainkan juga batu metorit
(watu lintang, batu bintang) sebagai bahan pamor atau “kesaktian” pada
keris atau tombak. Pamor yang baik ada 111, antara lain berasal dari
Gunung Uhud, di Arab Saudi, misalnya pamor “Subhanallah,, Alif dan
Ahadiyat”, yang sangat besar kewibawaannya, serta pamor “Rahmatullahi.”
Yang mendatangkan banyak rezeki.
Pengambilan pamor dari Gunung Uhud, menurut Hertog, menunujukkan
bahwa suku bangsa Jawa khususnya dan bangsa Indonesia umumnya pada masa
dahulu merupakan bangsa pelaut dan pedagang yang sudah mengunjungi tanah
Arab dan sudah memiliki hubungan dagang dengan banyak negeri di kawasan
Timur Tengah.
Diakui oleh bangsa asing melalui tulisannya bahwa dalam periode lama
sebelum tarikh Masehi orang Indonesia merupakan bangsa pelaut, bahari
dan pedagang ulung yang mencapai puncaknya pada zaman Sriwijaya,
Syailendra, dan Majapahit. Kemudian masih berlangsung pada masa Demak
dan Mataram di bawah Sultan Agung.
Keahlian membuat Keris hanyalah satu dari 10 ilmu asli yang dimiliki
orang Jawa: Wayang, Gamelan, Metrik (cara dan alat penimbang), Batik,
Logam (dan cara mengolahnya), sistem uang, ilmu pelayaran, Astronomi
(ilmu perbintangan), penanaman Padi basah, dan sistem pemerintahan yang
sangat teratur. (ar/sf) www.suaramedia.com
Label:
SEJARAH DUNIA
|
0
komentar
Ilmu astronomi berkembang seiring dengan kebutuhan penjelajahan kaum
Muslim ke berbagai belahan dunia. Pasalnya, astronomi bermanfaat untuk
navigasi dalam upaya menjangkau negerinegeri yang jauh dari wilayah
kekuasaan Islam. Dengan demikian, astronomi membantu mengembangkan misi
dakwah Islam, juga memperkuat perkembangan ilmu pengetahuan umat. Dalam
proses menggapai dua misi itu, tak jarang umat Islam harus berhadapan
dengan pasukan musuh yang menghadang.
Maka dibutuhkan pasukan perang yang kuat dengan bekal pengetahuan
perbintangan yang mumpuni. Dalam satu dekade sejak penaklukan Mesir,
umat Islam berhadapan dengan Byzantium (Kekaisaran Romawi). Dalam
persaingan itu, umat Islam berhasil menguasai Laut Tengah bagian timur,
yakni Cyprus sekitar tahun 30 H (649 M), dan Rhodes pada tahun 52 H (672
M).
Pada saat itu, Kekaisaran Romawi memiliki armada angkatan laut yang hebat dan kuat di Laut Tengah. Mereka menjadi salah satu kekuatan militer terkuat di dunia pada zamannya. Maka, umat Muslim berpikir bagaimana cara melawan angkatan laut yang tak terkalahkan itu. Sejak saat itulah dibentuk armada angkatan laut Muslim. Di sini navigasi diperlukan untuk menuntun arah hingga ke tempat-tempat yang mereka tuju.
Kaum Muslim berkeyakinan, makin teliti seorang navigator dalam menentukan posisinya di tengah laut, berdasarkan peredaran matahari, bulan, atau bintang, makin tinggi pula akurasi perhitungan waktu dan tempat yang dituju. Dengan demikian, persiapan logistik selama perjalanan pun dapat dilakukan secara lebih matang.
Ada kaidah berbunyi Ma laa yatimmul waajib illaa bihi, fahuwa wajib (apa yang mutlak diperlukan untuk menyempurnakan sesuatu kewajiban, hukumnya wajib pula). Kaidah ini menjadi pedoman bagi kaum Muslimin dalam menyiapkan peperangan melawan Kaisar Romawi ketika itu.
Mereka mulai mempelajari teknik perkapalan, navigasi dengan astronomi maupun kompas, dan mesiu. "Bangsa Arab sangat cepat menanggapi kebutuhan akan angkatan laut yang kuat untuk mempertahankan dan mempersatukan daerah kekuasaannya," jelas Ahmad Y. Al-Hassan dan Donald R Hill dalam karyanya Islamic Technology: An Illustrated History.
Selama era kekuasaan Bani Ummayah, Khalifah Mu'awiyah (602M-680M) berusaha memulihkan kembali kesatuan wilayah Islam. Setelah berhasil mengamankan situasi dalam negeri, Mu'awiyah segera mengerahkan pasukan untuk perluasan wilayah kekuasaan.
Penaklukan Afrika Utara (647 M- 709 M) merupakan peristiwa penting dan bersejarah selama masa kekuasaannya. Gubernur Mesir kala itu, Amr Ibnu Ash, merasa terganggu oleh kekuasaan Romawi di Afrika Utara. Karenanya, Amr Ibnu Ash mengerahkan pasukan di bawah pimpinan Jenderal Uqbah untuk menaklukkan wilayah Afrika Utara itu.
Pasukan Uqbah akhirnya berhasil menguasai Kairowan hingga ke bagian selatan wilayah Tunisia. Khalifah Mu'awiyah kemudian membangun benteng untuk melindungi kota Kairowan dari serangan pasukan Berber dan menjadikan kota Kairowan sebagai ibukota propinsi Afrika Utara.
Mu'awiyah tercatat sebagai pendiri armada angkatan laut Islam. Ia pernah menjabat sebagai Gubernur Syria, ketika kekhalifahan Islam dipimpin oleh khalifah rasyidah ketiga, Ustman bin Affan. Selama itu pula Mu'awiyah telah memiliki lima puluh armada laut yang tangguh. Pasukan laut ini akhirnya berhasil menaklukkan Cyprus (649 M), Rhodes (672 M), dan kepulauan lainnya di sekitar Asia Kecil.
Dengan penaklukan Afrika Utara (647 M- 709 M) dan Spanyol (705-715 M), kirakira 40 tahun kemudian, armada angkatan laut Islam di seluruh Laut Tengah menjelma sebagai yang terkuat dan tak terkalahkan hingga dua abad berikutnya. Pasukan ekspedisi dari Afrika Utara menduduki Sisilia pada tahun 211 H (837 M). Angkatan laut tersebut hingga masuk ke wilayah pantai Italia dan Prancis Selatan.
Armada laut Turki Ustmani
Berselang beberapa abad kemudian, Kesultanan Ustmani (Ottoman) juga mampu mengalahkan kekuatan Kaisar Romawi. Mereka berhasil menundukkan Konstantinopel (ibu kota Kekaisaran Byzantium) pada tahun 1453. Sejak itu, pemerintahan Ustmani mulai mengembangkan Istanbul (kota Islam) menjadi pusat pelayaran.
Bahkan, Sultan Muhammad II pun menetapkan lautan dalam Golden Horn sebagai pusat industri dan gudang persenjataan maritim. Dia juga mengangkat komandan angkatan laut, Hamza Pasha, untuk membangun industri dan gudang persenjataan laut.
Kesultanan Ustmani juga membuat sebuah kapal di Gallipoli Maritime Arsenal. Dengan komando Gedik Ahmed Pasha (tahun 1480 M), Kesultanan Ustmani memperkokoh basis kekuatan lautnya di Istanbul. Maka tak heran, jika marinir Turki mendominasi Laut Hitam dan menguasai Otranto.
Pada era kekuasaan Sultan Salim I (1512 M-1520 M), Kesultanan Turki Ustmani memodifikasi pusat persenjataan maritim di Istanbul. Salim I berambisi menciptakan negara yang kuat, tangguh di darat dan laut. Ia bertekad memiliki angkatan laut yang besar dan kuat untuk menguasai lautan.
Pembangunan dan perluasan pusat persenjataan maritim pun dilakukan dari Galata sampai ke Sungai Kagithane di bawah pengawasan Laksamana Cafer. Pembangunan dan perluasan ini rampung pada tahun 1515 M. Proyek besar ini menyedot dana hingga sekitar 50 ribu koin.
Selain mengembangkan pusat persenjataan Maritim Istanbul, Sultan Salim I juga memerintahkan membuat beberapa kapal laut berukuran besar. Selang beberapa tahun kemudian, sebanyak 150 unit kapal selesai dibuat. Dengan kekuatan yang dahsyat itu, Sultan Salim I pernah mengatakan, "Jika Scorpions (pasukan Kristen) menempati laut dengan kapalnya, jika bendera Paus dan raja-raja Prancis serta Spanyol berkibar di Pantai Trace, itu semata-mata karena toleransi kami."
Dengan memiliki armada kapal laut terbesar di dunia pada abad ke-16 M, Turki Ustmani telah menguasai Laut Mediterania, Laut Hitam, dan Samudera Hindia. Tak heran, bila kemudian Turki Ustmani kerap disebut sebagai kerajaan yang bermarkas di atas kapal laut. Ambisi Sultan Salim I menguasai Lautan akhirnya tercapai.
Bahkan, sekembalinya Sultan Salim I dari Mesir, ia berpikir kembali akan pentingnya membangun kekuatan di lautan yang lebih kuat. Sebelumnya, kekuasaan Ustmani Turki telah menguasai pelabuhan penting di Timur Mediterania, seperti Syiria dan Mesir. Gagasan Sultan Salim I ini terus dikembangkan oleh sultan-sultan berikutnya. Berkat kehebatannya, Turki Ustmani sempat menjadi adikuasa yang disegani bangsa-bangsa di dunia, baik di darat maupun di laut.
Mengenal Tipe Kapal Perang
Seiring berkembangnya teknologi navigasi, teknologi perkapalan pun berkembang pesat di dunia Islam. Teknologi perkapalan merupakan kekuatan industri dunia terbesar di abad pertengahan. Ketika itu, umat Islam memiliki begitu banyak pelabuhan yang ramai dan padat.
Dan di sepanjang daerah pantai kota-kota Islam banyak berdiri pusat-pusat pembuatan dan perakitan kapal. Setiap negeri Muslim menciptakan kapal dengan model dan jenis yang berbeda-beda. Selain membuat kapal untuk tujuan berniaga, pada era itu umat Islam juga gencar membuat kapal-kapal perang.
Kapal perang dibangun untuk memperkokoh pertahanan wilayah kekuasaan kekhalifahan Islam di lautan. Sehingga, ketika itu kekhalifahan Islam tak hanya tangguh di darat, namun juga kuat di lautan. Begitu sulit untuk dikalahkan. Kapal perang didesain lebih ramping dan dikendalikan dengan layar atau dayung. Sedangkan, kapal niaga dibangun dengan cukup lebar.
Rancangan seperti itu sengaja dibuat agar kapal dapat membawa barang dalam jumlah yang banyak. Pada masa itu, kapal perang yang paling besar sanggup menampung sekitar 1.500 pasukan. Sedangkan kapal dagang yang besar mampu menampung 1.000 ton barang.
Menurut Al-Hasan dan Hill, pada mulanya kapal-kapal perang tersebut dibuat di Mesir dan Syria oleh para ahli pembuat kapal nomor wahid. Konstruksi kapal dibuat sama dengan kapal-kapal yang dibuat oleh angkatan laut Byzantium. "Para kelasi direkrut dari penduduk setempat, tetapi para tentara yang membawahi mereka adalah orang-orang Arab," jelas Al-Hassan dan Hill.
Seiring berjalannya waktu, dunia perkapalan semakin maju. Bahkan pembuatan kapal serta perlengkapan angkatan laut secara keseluruhan menjadi mata usaha orang-orang Islam kala itu. Akibatnya, kaum Muslimin menjadi ahli dalam kedua cabang keahlian yang berkaitan dengan kelautan itu. Mereka tercatat membuat beberapa kemajuan penting. Kapal-kapal yang besar mampu mereka hasilkan. Bahkan mereka merancang kapal perang besar seperti shini, kapal besar (galley) yang digerakkan dengan 143 dayung.
Pada tahun 326 H (972 M), papar Al-Hasan dan Hill, Khalifah Mu'izz Din Allah dari Dinasti Fathimiyyah menjadi pimpinan pembuatan 600 kapal di galangan kapal Maqs di Mesir. Salah satu kapal besar lainnya tipe buttasa, sebuah kapal layar yang dapat menopang sebanyak 40 layar. "Salah satu kapal jenis ini membuat rekor dengan kemampuannya memuat 1.500 orang termasuk awak dan tentara," ungkap Al-Hasaan dan Hill.
Adapun jenis kapal lainnya adalah ghurab (secara harafiah berarti gagak). Dinamai demikian mungkin berdasarkan bentuk haluan kapal tersebut. Jenis lainnya adalah kapal shallandi, kapal dengan dek lebar yang digunakan untuk membawa muatan. Dua nama kapal tersebut sampai ke Eropa, bahkan masuk ke dalam kosakata bahasa Eropa dan berubah menjadi corvett dan challand.
Kaum Muslim juga mampu membuat kapal jenis qurqura (bahasa Latinnya berburu), yakni kapal Cyprus yang besar untuk membawa kebutuhan armada. Mereka juga menciptakan beberapa kapal kecil yang dirancang untuk tujuan-tujuan tertentu, seperti kapal untuk suplai barang dan senjata, kapal untuk komunikasi dari kapal ke pantai, kapal pengintai, dan kapal untuk pengeran dan penangkapan musuh. "Kebanyakan kapal itu didayung, tetapi shubbak (perahu nelayan Laut Tengah) selain mempunyai dayung-dayung dilengkapi pula dengan sejumlah layar," kata Al-Hassan dan Hill.
Jenis kapal yang lebih besar bisa digunakan untuk membawa penembak misi dan mesin-mesin untuk melepaskan bahan peledak dan juga untuk membawa para awak kapal yang terampil. Ketika teknologi perkapalan belum canggih, pertempuran laut berlangsung dalam jarak jauh. Namun dalam perkembangannya, semua kapal dilengkapi jepitan besi untuk merapatkan pinggiran lambung kapal musuh, sehingga banyak pertempuran pada akhirnya ditentukan oleh perkelahian berhadap-hadapan antara para awak dan pelaut yang sedang bertempur.(rp) suaramedia.com
Pada saat itu, Kekaisaran Romawi memiliki armada angkatan laut yang hebat dan kuat di Laut Tengah. Mereka menjadi salah satu kekuatan militer terkuat di dunia pada zamannya. Maka, umat Muslim berpikir bagaimana cara melawan angkatan laut yang tak terkalahkan itu. Sejak saat itulah dibentuk armada angkatan laut Muslim. Di sini navigasi diperlukan untuk menuntun arah hingga ke tempat-tempat yang mereka tuju.
Kaum Muslim berkeyakinan, makin teliti seorang navigator dalam menentukan posisinya di tengah laut, berdasarkan peredaran matahari, bulan, atau bintang, makin tinggi pula akurasi perhitungan waktu dan tempat yang dituju. Dengan demikian, persiapan logistik selama perjalanan pun dapat dilakukan secara lebih matang.
Ada kaidah berbunyi Ma laa yatimmul waajib illaa bihi, fahuwa wajib (apa yang mutlak diperlukan untuk menyempurnakan sesuatu kewajiban, hukumnya wajib pula). Kaidah ini menjadi pedoman bagi kaum Muslimin dalam menyiapkan peperangan melawan Kaisar Romawi ketika itu.
Mereka mulai mempelajari teknik perkapalan, navigasi dengan astronomi maupun kompas, dan mesiu. "Bangsa Arab sangat cepat menanggapi kebutuhan akan angkatan laut yang kuat untuk mempertahankan dan mempersatukan daerah kekuasaannya," jelas Ahmad Y. Al-Hassan dan Donald R Hill dalam karyanya Islamic Technology: An Illustrated History.
Selama era kekuasaan Bani Ummayah, Khalifah Mu'awiyah (602M-680M) berusaha memulihkan kembali kesatuan wilayah Islam. Setelah berhasil mengamankan situasi dalam negeri, Mu'awiyah segera mengerahkan pasukan untuk perluasan wilayah kekuasaan.
Penaklukan Afrika Utara (647 M- 709 M) merupakan peristiwa penting dan bersejarah selama masa kekuasaannya. Gubernur Mesir kala itu, Amr Ibnu Ash, merasa terganggu oleh kekuasaan Romawi di Afrika Utara. Karenanya, Amr Ibnu Ash mengerahkan pasukan di bawah pimpinan Jenderal Uqbah untuk menaklukkan wilayah Afrika Utara itu.
Pasukan Uqbah akhirnya berhasil menguasai Kairowan hingga ke bagian selatan wilayah Tunisia. Khalifah Mu'awiyah kemudian membangun benteng untuk melindungi kota Kairowan dari serangan pasukan Berber dan menjadikan kota Kairowan sebagai ibukota propinsi Afrika Utara.
Mu'awiyah tercatat sebagai pendiri armada angkatan laut Islam. Ia pernah menjabat sebagai Gubernur Syria, ketika kekhalifahan Islam dipimpin oleh khalifah rasyidah ketiga, Ustman bin Affan. Selama itu pula Mu'awiyah telah memiliki lima puluh armada laut yang tangguh. Pasukan laut ini akhirnya berhasil menaklukkan Cyprus (649 M), Rhodes (672 M), dan kepulauan lainnya di sekitar Asia Kecil.
Dengan penaklukan Afrika Utara (647 M- 709 M) dan Spanyol (705-715 M), kirakira 40 tahun kemudian, armada angkatan laut Islam di seluruh Laut Tengah menjelma sebagai yang terkuat dan tak terkalahkan hingga dua abad berikutnya. Pasukan ekspedisi dari Afrika Utara menduduki Sisilia pada tahun 211 H (837 M). Angkatan laut tersebut hingga masuk ke wilayah pantai Italia dan Prancis Selatan.
Armada laut Turki Ustmani
Berselang beberapa abad kemudian, Kesultanan Ustmani (Ottoman) juga mampu mengalahkan kekuatan Kaisar Romawi. Mereka berhasil menundukkan Konstantinopel (ibu kota Kekaisaran Byzantium) pada tahun 1453. Sejak itu, pemerintahan Ustmani mulai mengembangkan Istanbul (kota Islam) menjadi pusat pelayaran.
Bahkan, Sultan Muhammad II pun menetapkan lautan dalam Golden Horn sebagai pusat industri dan gudang persenjataan maritim. Dia juga mengangkat komandan angkatan laut, Hamza Pasha, untuk membangun industri dan gudang persenjataan laut.
Kesultanan Ustmani juga membuat sebuah kapal di Gallipoli Maritime Arsenal. Dengan komando Gedik Ahmed Pasha (tahun 1480 M), Kesultanan Ustmani memperkokoh basis kekuatan lautnya di Istanbul. Maka tak heran, jika marinir Turki mendominasi Laut Hitam dan menguasai Otranto.
Pada era kekuasaan Sultan Salim I (1512 M-1520 M), Kesultanan Turki Ustmani memodifikasi pusat persenjataan maritim di Istanbul. Salim I berambisi menciptakan negara yang kuat, tangguh di darat dan laut. Ia bertekad memiliki angkatan laut yang besar dan kuat untuk menguasai lautan.
Pembangunan dan perluasan pusat persenjataan maritim pun dilakukan dari Galata sampai ke Sungai Kagithane di bawah pengawasan Laksamana Cafer. Pembangunan dan perluasan ini rampung pada tahun 1515 M. Proyek besar ini menyedot dana hingga sekitar 50 ribu koin.
Selain mengembangkan pusat persenjataan Maritim Istanbul, Sultan Salim I juga memerintahkan membuat beberapa kapal laut berukuran besar. Selang beberapa tahun kemudian, sebanyak 150 unit kapal selesai dibuat. Dengan kekuatan yang dahsyat itu, Sultan Salim I pernah mengatakan, "Jika Scorpions (pasukan Kristen) menempati laut dengan kapalnya, jika bendera Paus dan raja-raja Prancis serta Spanyol berkibar di Pantai Trace, itu semata-mata karena toleransi kami."
Dengan memiliki armada kapal laut terbesar di dunia pada abad ke-16 M, Turki Ustmani telah menguasai Laut Mediterania, Laut Hitam, dan Samudera Hindia. Tak heran, bila kemudian Turki Ustmani kerap disebut sebagai kerajaan yang bermarkas di atas kapal laut. Ambisi Sultan Salim I menguasai Lautan akhirnya tercapai.
Bahkan, sekembalinya Sultan Salim I dari Mesir, ia berpikir kembali akan pentingnya membangun kekuatan di lautan yang lebih kuat. Sebelumnya, kekuasaan Ustmani Turki telah menguasai pelabuhan penting di Timur Mediterania, seperti Syiria dan Mesir. Gagasan Sultan Salim I ini terus dikembangkan oleh sultan-sultan berikutnya. Berkat kehebatannya, Turki Ustmani sempat menjadi adikuasa yang disegani bangsa-bangsa di dunia, baik di darat maupun di laut.
Mengenal Tipe Kapal Perang
Seiring berkembangnya teknologi navigasi, teknologi perkapalan pun berkembang pesat di dunia Islam. Teknologi perkapalan merupakan kekuatan industri dunia terbesar di abad pertengahan. Ketika itu, umat Islam memiliki begitu banyak pelabuhan yang ramai dan padat.
Dan di sepanjang daerah pantai kota-kota Islam banyak berdiri pusat-pusat pembuatan dan perakitan kapal. Setiap negeri Muslim menciptakan kapal dengan model dan jenis yang berbeda-beda. Selain membuat kapal untuk tujuan berniaga, pada era itu umat Islam juga gencar membuat kapal-kapal perang.
Kapal perang dibangun untuk memperkokoh pertahanan wilayah kekuasaan kekhalifahan Islam di lautan. Sehingga, ketika itu kekhalifahan Islam tak hanya tangguh di darat, namun juga kuat di lautan. Begitu sulit untuk dikalahkan. Kapal perang didesain lebih ramping dan dikendalikan dengan layar atau dayung. Sedangkan, kapal niaga dibangun dengan cukup lebar.
Rancangan seperti itu sengaja dibuat agar kapal dapat membawa barang dalam jumlah yang banyak. Pada masa itu, kapal perang yang paling besar sanggup menampung sekitar 1.500 pasukan. Sedangkan kapal dagang yang besar mampu menampung 1.000 ton barang.
Menurut Al-Hasan dan Hill, pada mulanya kapal-kapal perang tersebut dibuat di Mesir dan Syria oleh para ahli pembuat kapal nomor wahid. Konstruksi kapal dibuat sama dengan kapal-kapal yang dibuat oleh angkatan laut Byzantium. "Para kelasi direkrut dari penduduk setempat, tetapi para tentara yang membawahi mereka adalah orang-orang Arab," jelas Al-Hassan dan Hill.
Seiring berjalannya waktu, dunia perkapalan semakin maju. Bahkan pembuatan kapal serta perlengkapan angkatan laut secara keseluruhan menjadi mata usaha orang-orang Islam kala itu. Akibatnya, kaum Muslimin menjadi ahli dalam kedua cabang keahlian yang berkaitan dengan kelautan itu. Mereka tercatat membuat beberapa kemajuan penting. Kapal-kapal yang besar mampu mereka hasilkan. Bahkan mereka merancang kapal perang besar seperti shini, kapal besar (galley) yang digerakkan dengan 143 dayung.
Pada tahun 326 H (972 M), papar Al-Hasan dan Hill, Khalifah Mu'izz Din Allah dari Dinasti Fathimiyyah menjadi pimpinan pembuatan 600 kapal di galangan kapal Maqs di Mesir. Salah satu kapal besar lainnya tipe buttasa, sebuah kapal layar yang dapat menopang sebanyak 40 layar. "Salah satu kapal jenis ini membuat rekor dengan kemampuannya memuat 1.500 orang termasuk awak dan tentara," ungkap Al-Hasaan dan Hill.
Adapun jenis kapal lainnya adalah ghurab (secara harafiah berarti gagak). Dinamai demikian mungkin berdasarkan bentuk haluan kapal tersebut. Jenis lainnya adalah kapal shallandi, kapal dengan dek lebar yang digunakan untuk membawa muatan. Dua nama kapal tersebut sampai ke Eropa, bahkan masuk ke dalam kosakata bahasa Eropa dan berubah menjadi corvett dan challand.
Kaum Muslim juga mampu membuat kapal jenis qurqura (bahasa Latinnya berburu), yakni kapal Cyprus yang besar untuk membawa kebutuhan armada. Mereka juga menciptakan beberapa kapal kecil yang dirancang untuk tujuan-tujuan tertentu, seperti kapal untuk suplai barang dan senjata, kapal untuk komunikasi dari kapal ke pantai, kapal pengintai, dan kapal untuk pengeran dan penangkapan musuh. "Kebanyakan kapal itu didayung, tetapi shubbak (perahu nelayan Laut Tengah) selain mempunyai dayung-dayung dilengkapi pula dengan sejumlah layar," kata Al-Hassan dan Hill.
Jenis kapal yang lebih besar bisa digunakan untuk membawa penembak misi dan mesin-mesin untuk melepaskan bahan peledak dan juga untuk membawa para awak kapal yang terampil. Ketika teknologi perkapalan belum canggih, pertempuran laut berlangsung dalam jarak jauh. Namun dalam perkembangannya, semua kapal dilengkapi jepitan besi untuk merapatkan pinggiran lambung kapal musuh, sehingga banyak pertempuran pada akhirnya ditentukan oleh perkelahian berhadap-hadapan antara para awak dan pelaut yang sedang bertempur.(rp) suaramedia.com
Label:
SEJARAH DUNIA
|
0
komentar
Ketika menempuh padang pasir yang panas bagai menyala dalam perjalanan hijrah dari Mekah ke Madinah yang terkenal itu, ia masih merupakan janin dalam rahim ibunya. Demikianlah telah menjadi taqdir bagi Abdullah bin Zubeir melakukan hijrah bersama Kaum Muhajirin selagi belum muncul ke alam dunia, masih tersimpan dalam perut ibunya .
Ibunya Asma, – semoga Allah ridla kepadanya dan ia jadi ridla kepada Allah – setibanya di Quba, suatu dusun di luar kota Madinah, datanglah saat melahirkan, dan jabang bayi yang muhajir itu pun masuklah ke bumi Madinah bersamaan waktunya dengan masuknya muhajirin lainnya dari shahabat-shahabat Rasulullah shallallahu alaihi wasalam … !
Bayi yang pertama kali lahir pada saat hijrah itu, dibawa kepada Rasulullah shallallahu alaihi wasallam di rumahnya di Madinah, maka diciumnya kedua pipinya dan dikecupnya mulutnya, hingga yang mula pertama masuk ke rongga perut Abdullah bin Zubeir itu ialah air selera Rasulullah shallallahu alaihi i wasallam yang mulia. Kaum Muslimin berkumpul dan beramai-ramai membawa bayi yang dalam gendongan itu berkeliling kota sambil membaca tahlil dan takbir. Latar belakangnya ialah karena tatkala Rasulullah shallallahu alaihi wasallam dan para shahabatnya tinggal menetap di Madinah, orang- orang Yahudi merasa terpukul dan iri hati, lalu melakukan perang urat saraf terhadap Kaum Muslimin.
Mereka sebarkan berita bahwa dukun-dukun mereka telah menyihir Kaum Muslimin dan membuat mereka jadi mandul, hingga di Madinah tak seorang pun akan mempunyai bayi dari kalangan mereka… !
Maka tatkala Abdullah bin Zubeir muncul dari alam gaib, hal itu merupakan suatu kenyataan yang digunakan taqdir untuk menolak kebohongan orang-orang Yahudi di Madinah dan mematahkan tipu muslihat mereka … !
Di masa hayat Rasulullah shallallahu alaihi wasallam , Abdullah belum mencapai usia dewasa. Tetapi lingkungan hidup dan hubungannya yang akrab dengan Rasulullah shallallahu alaihi wasallam, telah membentuk kerangka kepahlawanan dan prinsip hidupnya, sehingga darma baktinya dalam menempuh kehidupan di dunia ini menjadi buah bibir orang dan tercatat dalam sejarah dunia. Anak kecil itu tumbuh dengan amat cepatnya dan menunjukkan hal-hal yang luar biasa dalam kegairahan, kecerdasan dan keteguhan pendirian. Masa mudanya dilaluinya tanpa noda, seorang yang suci, tekun beribadat, hidup sederhana dan perwira tidak terkira ….
Demikianlah hari-hari dan peruntungan itu dijalaninya dengan tabiatnya yang tidak berubah dan semangat yang tak pernah kendor. Ia benar-benar seorang laki-laki yang mengenal tujuannya dan menempuhnya dengan kemauan yang keras membaja dan keimanan teguh luar biasa….
Sewaktu pembebasan Afrika, Andalusia dan Konstantinopel, ia yang waktu itu belum melebihi usia tujuh belas tahun, tampak sebagai salah seorang pahlawan yang namanya terlukis sepanjang masa ….
Dalam pertempuran di Afrika sendiri, Kaum Muslimin yang jumlahnya hanya duapuluh ribu tentara, pernah menghadapi musuh yang berkekuatan sebanyak seratus duapuluh ribu orang.
Pertempuran berkecamuk, dan pihak Islam terancam bahaya besar! Abdullah bin Zubeir melayangkan pandangannya meninjau kekuatan musuh hingga segeralah diketahuinya di mana letak kekuatan mereka. Sumber kekuatan itu tidak lain dari raja Barbar yang menjadi panglima tentaranya sendiri. Tak putus-putusnya raja itu berseru terhadap tentaranya dan membangkitkan semangat mereka dengan cara istimewa yang mendorong mereka untuk menerjuni maut tanpa rasa takut ….
Abdullah maklum bahwa pasukan yang gagah perkasa ini tak mungkin ditaklukkan kecuali dengan jatunya panglima yang menakutkan ini. Tetapi betapa caranya untuk menemuinya, padahal untuk sampai kepadanya terhalang oleh tembok kukuh dari tentara musuh yang bertempur laksana angin puyuh … !
Tetapi semangat dan keberanian Ibnu Zubeir tak perlu diragukan lagi untuk selama-lamanya… ! Dipanggilnya sebagian kawan-kawannya, lalu katanya: "Lindungi punggungku dan mari menyerbu bersamaku… !" Dan tak ubah bagai anak panah lepas dari busurnya, dibelahnya barisan yang berlapis itu menuju raja musuh, dan demi sampai di hadapannya, dipukulnya sekali pukul, hingga raja itu jatuh tersungkur. Kemudian secepatnya bersama kawan-kawannya, ia mengepung tentara yang berada di sekeiiling raja dan menghancurkan mereka …,lalu dikumandangkannya Allahu Akbar… !
Demi Kaum Muslimin melihat bendera mereka berkibar di sana, yakni di tempat panglima Barbar berdiri menyampaikan perintah dan mengatur siasat, tahulah mereka bahwa kemenangan telah tercapai. Maka seolah-olah satu orang jua, mereka menyerbu ke muka, dan segala sesuatu-pun berakhir dengan keuntungan di pihak Muslimin … !
Abdullah bin Abi Sarah, panglima tentara Islam, mengetahui peranan penting yang telah diiakukan oleh Ibnu Zubeir. Maka sebagai imbalannya disuruhnya ia menyampaikan sendiri berita kemenangan itu ke Madinah terutama kepada khalifah Utsman bin Affan….
Hanya kepahlawanannya dalam medan perang bagaimana juga unggul dan luar biasanya, tetapi itu tersembunyi di balik ketekunannya dalam beribadah ….Maka orang yang mempunyai tidak hanya satu dua alasan untuk berbangga dan menyombongkan dirinya ini akan menakjubkan kita karena selalu ditemukan dalam lingkungan orang-orang shaleh dan rajin beribadat.
Maka baik derajat maupun kemudaannya, kedudukan atau harta bendanya, keberanian atau kekuatannya, semua itu tidak mampu untuk menghalangi Abdullah bin Zubeir untuk menjadi seorang laki-laki abid yang berpuasa di siang hari, bangun malam beribadat kepada Allah dengan hati yang khusu' niat yang suci.
Pada suatu hari Umar bin Abdul Aziz mengatakan kepada Ibnu Abi Mulaikah: "Cobalah ceritakan kepada kami kepribadian Abdullah bin Zubeir!" Maka ujarnya: "Demi Allah! Tak pernah kulihat Jiwa yang tersusun dalam rongga tubuhnya itu seperti jiwanya! Ia tekun melakukan shalat, dan mengakhiri segala sesuatu dengannya. … Ia ruku dan sujud sedemikian rupa, hingga karena amat lamanya, maka burung-burung gereja yang bertengger di atas bahunya atau punggungnya, menyangkanya dinding tembok atau kain yang tergantung. Dan pernah peluru meriam batu lewat antara janggut dan dadanya sementara ia shalat, tetapi demi Allah, ia tidak peduli dan tidak goncang, tidak pula memutus bacaan atau mempercepat waktu ruku nya.
Memang, berita-berita sebenamya yang diceritakan orang tentang ibadat Ibnu Zubeir, hampir merupakan dongeng. Maka di dalam shaum dan shalat, dalam menunaikan haji dan serta zakat, ketinggian cita serta kemuliaan diri dalam bertenggang di waktu malam – sepanjang hayatnya – untuk bersujud dan beribadat, dalam menahan lapar di waktu siang, – juga sepanjang usianya – untuk shaum dan jihadun nafs …, dan dalam keimanannya yang teguh kepada Allah …dalam semua itu ia adalah tokoh satu-satunya tak ada duanya .
Pada suatu kali Ibnu Abbas radhiyallahu anhu ditanyai orang mengenai Ibnu Zubeir. Maka walaupun di antara kedua orang ini terdapat perselisihan paham, Ibnu Abbas berkata: "Ia adalah seorang pembaca Kitabullah, dan pengikut sunnah Rasul-Nya shallallahu alaihi wasallam, tekun beribadat kepada-Nya dan shaum di siang hari karena takut kepada-Nya.. ·
Seorang putera dari pembela Rasulullah shallallahu alaihi wasallam, dan ibunya ialah Asma puteri Shiddiq, sementara mak-tuanya ialah Khadijah istri dari Rasululiah shallallahu alaihi wasallam. Maka tak ada seorang pun sedang membicarakan khalifah yang telah pergi berlalu bernama Utsman bin Affan radhiyallahu anhu, tanpa mengindahkan tata-tertib kesopanan dan tidak didasari oleh kesadaran, mereka dicelanya, katanya: "Demi Allah, aku tak sudi meminta bantuan dalam menghadapi musuhku kepada orang-orang yang membenci Utsman "~ Pada saat itu ia sangat memerlukan bantuan, tak ubah bagai seorang yang tenggelam membutuhkan pertolongan, tetap uluran tangan orang tersebut ditolaknya Keterbukaannya terhadap diri pribadi serta kesetiaannya terhadap aqidah dan prinsipnya, menyebabkannya tidak peduli kehilangan duaratus orang pemanah termahir yang Agama mereka tidak dipercayai dan berkenan di hatinya! Padahal waktu itu ia sedang berada dalam peperangan yang akan menentukan hidup matinya, dan kemungkinan besar akan berubah arah, seandainya pemanah-pemanah ahli itu tetap berada di sampingnya.,,.!
Kemudian pembangkangannya terhadap Muawiyah dan puteranya Yazid sungguh-sungguh merupakan kepahlawanan! Menurut pandangannya, Yazid bin Muawiyah bin Abi Sufyan itu adalah laki-laki yang terakhir kali dapat menjadi khalifah Muslimin, seandainya memang dapat … ! Pandangannya ini memang beralasan, karena dalam soal apa pun juga, Yazid tidak becus! Tidak satu pun kebaikan dapat menghapus dosa-dosanya yang diceritakan sejarah kepada kita, maka betapa Ibnu Zubeir akan mau baiat kepadanya, ?
Kata-kata penolakannya terhadap Muawiyah selagi ia masih hidup amat keras dan tegas. Dan apa pula katanya kepada Yazid yang telah naik menjadi khalifah dan mengirim utusannya kepada Ibnu Zubeir mengancamnya dengan nasib jelek apabila ia tidak membaiat pada Yazid … ? Ketika itu Ibnu Zubeir memberikan jawabannya: "Kapan pun, aku tidak akan baiat kepada si pemabok … !" kemudian katanya berpantun : "Terhadap hal bathil tiada tempat berlunak lembut kecuali bila geraham dapat mengunyah batu menjadi lembut ".
Ibnu Zubeir tetap menjadi Amirul Muminin dengan mengambil Mekah al-Mukarramah sebagai ibu kota pemerintahan dan membentangkan kekuasaannya terhadap Hijaz, Yaman, Bashrah, Kufah, Khurasan dan seluruh Syria kecuali Damsyik, setelah ia mendapat baiat dari seluruh warga kota-kota daerah tersebut di atas.
Tetapi orang-orang Banu Umaiyah tidak senang diam dan berhati puas sebelum menjatuhkannya, maka mereka melancarkan serangan yang bertubi-tubi, yang sebagian besar di antaranya berakhir dengan kekalahan dan kegagalan. Hingga akhirnya datanglah masa pemerilitahan Abdul Malik bin Marwan yang untuk menyerang Abdullah di Mekah itu memilih salah seorang anak manusia yang paling celaka dan paling merajalela dengan kekejaman dan kebuasannya … ! Itulah dia Hajjaj ats-Tsaqafi, yang mengenai pribadinya, Umar bin Abdul Aziz, Imam yang adil itu pernah berkata: "Andainya setiap ummat datang dengan membawa kesalahan masing-masing, sedang kami hanya datang dengan kesalahan Hajjaj seorang saja, maka akan lebih berat lagi kesalahan kami dari mereka semua… !"
Dengan mengerahkan anak buah dan orang-orang upahannya, Hajjaj datang memerangi Mekah ibukota Ibnu Zubeir. Dikepungnya kota itu serta penduduknya, selama lebih kurang enam bulan dan dihalanginya mereka mendapat makanan dan air, dengan harapan agar mereka meninggalkan Ibnu Zubeir sebatang kara, tanpa tentara dan sanak saudara. Dan karena tekanan bahaya kelaparan itu banyaklah yang menyerahkan diri, hingga Ibnu Zubeir mendapatkan dirinya tidak berteman atau kira-kira demikian ….
Dan walaupun kesempatan untuk meloloskan diri dan menyelamatkan nyawanya masih terbuka, tetapi Ibnu Zubeir memutuskan akan memikul tanggung jawabnya sampai titik terakhir. Maka ia terus menghadapi serangan tentara Hajjaj itu dengan keberanian yang tak dapat dilukiskan, padahal ketika itu usianya telah mencapai tujuh puluh tahun Dan tidaklah dapat kita melihat gambaran sesungguhnya dari pendirian yang luar biasa ini, kecuali jika kita mendengar percakapan yang berlangsung antara Abdullah dengan ibunya yang agung dan mulia itu, Asma binti Abu Bakar, yakni di saat-saat yang akhir dari kehidupannya. Ditemuinya ibunya itu dan dipaparkannya di hadapannya suasana ketika itu secara terperinci, begitupun mengenai akhir kesudahan yang sudah nyata tak dapat dielakkan lagi ….
Kata Asma kepadanya: "Anakku, engkau tentu lebih tahu tentang dirimu! Apabila menurut keyakinanmu, engkau berada di jalan yang benar dan berseru untuk mencapai kebenaran itu, maka shabar dan tawakallah dalam melaksanakan tugas itu sampai titik darah penghabisan. Tiada kata menyerah dalam kamus perjuangan melawan kebuasan budak-budak Bani Umaiyah … ! Tetapi kalau menurut pikiranmu, engkau hanya mengharapkan dunia, maka engkau adalah seburuk-buruk hamba, engkau celakakan dirimu sendiri serta orang-orang yang tewas bersamamu!"
Ujar Abdullah: "Demi Allah, wahai bunda! Tidaklah ananda mengharapkan dunia atau ingin hendak mendapatkannya… ! Dan sekali-kali tidaklah anakanda berlaku aniaya dalam hukum Allah, berbuat curang atau melanggar batas … !"
Kata Asma pula: – Aku memohon kepada Allah semoga ketabahan hatiku menjadi kebaikan bagi dirimu, baik engkau mendahuluiku menghadap Allah maupun aku. Ya Allah, semoga ibadahnya sepanjang malam, shaum sepanjang siang dan bakti kepada kedua orang tuanya, Engkau terima disertai cucuran Rahmat-Mu. Ya Allah, aku serahkan segala sesuatu tentang dirinya kepada kekuasaan-Mu, dan aku rela menerima keputusan-Mu. Ya Allah berilah aku pahala atas segala perbuatan Abdullah bin Zubeir ini, pahalanya orang-orang yang shabar dan bersyukur … !"
Kemudian mereka pun berpelukan menyatakan perpisahan dan selamat tinggal.. Dan beberapa saat kemudian, Abdullah bin Zubeir terlibat dalam pertempuran sengit yang tak seimbang, hingga syahid agung itu akhirnya menerima pukulan maut yang menewaskannya. Peristiwa itu menjadikan Hajjaj kuasa Abdul Malik bin Marwan berkesempatan melaksanakan kebuasan dan dendam kesumatnya, hingga tak ada jenis kebiadaban yang lebih keji kecuali dengan menyalib tubuh syahid suci yang telah beku dan kaku itu.
Bundanya, wanita tua yang ketika itu telah berusia sembilan puluh tujuh tahun, berdiri memperhatikan puteranya yang disalib. Dan bagaikan sebuah gunung yang tinggi, ia tegak menghadap ke arahnya tanpa bergerak. Sementara itu Hajjaj datang menghampirinya dengan lemah lembut dan berhina diri, katanya: "Wahai ibu, Amirui Muminin Abdulmalik bin Marwan memberiku wasiat agar memperlakukan ibu dengan balk … !" "Maka adakah kiranya keperluan ibu ?. Bagaikan berteriak dengan suara berwibawa wanita itu berkata: "Aku ini bukanlah ibumu … ! Aku adalah ibu dari orang yang disalib pada tiang karapan ..!
Tiada sesuatu pun yang kuperlukan daripadamu. Hanya aku akan menyampaikan kepadamu sebuah Hadits yang kudengar dari Rasulullah shallallahu alaihi wasallam sabdanya:
"Akan muncul dari Tsaqif seorang pembohong dan seorang durjana …! Adapun si pembohong telah sama-sama kita hetahui ….!Adapun si durjana, sepengetahuanku hanyalah kamu "
Abdullah bin Umar radhiyallahu anhu datang menghiburnya dan mengajak- nya bershabar. Maka jawabnya: — "Kenapa pula aku tidak akan shahar, padahal kepala Yahya bin Zakaria sendiri telah diserahkan kepada salah seorang durjana dari durjana-durjana Bani Israil !".
Oh, alangkah agungnya anda, wahai puteri Abu Bakar Shiddiq radhiyallahu anhu … ! Memang, adakah lagi kata-kata yang lebih tepat diucapkan selain itu kepada (,rang-orang yang telah memisahkan kepala Ibnu Zubeir dari tubuhnya sebelum mereka menyalibnya !
Tidak salah! Seandainya kepala Ibnu Zubeir telah diberikan sebagai hadiah bagi Hajjaj dan Abdul Malik, maka kepala Nabi yang mulia yakni Yahya alaihissalam dulu juga telah diberikan sebagai hadiah bagi Salome, seorang wanita yang durjana dan hina dari Bani Israil … ! Sungguh, suatu tamsil yang tepat dan kata-kata yang jitu … !
Kemudian mungkinkah kiranya bagi Ahdullah bin Zubeir akan melanjutkan hidupnya di bawah tingkat yang amat tinggi dari keluhuran, keutamaan dan kepahlawanan ini, sedang yang menyusukannya ialah wanita yang demikian corak bentuk-nya .
Salam kiranya terlimpah atas Abdullah … ! Dan kiranya terlimpah pula atas Asma…!
Salam bagi kedua mereka di lingkungan syuhada yang tidak pernah fana… !
Dan di lingkungan orang-orang utama lagi bertaqwa. (kh) suaramedia.com
Label:
SEJARAH DUNIA
|
0
komentar
Langganan:
Postingan (Atom)