Popular Posts
- SEJARAH PERGERAKAN NASIONAL
- KOLONIALISASI BANGSA EROPA DI AMERIKA
- TEUKU UMAR, BERDARAH MINANG KAH? ATAU BERDARAH ACEH?
- Temu ramah dengan Teuku Raja Tani Angsa di gunong kong
- PERANAN CHE GUEVARA DALAM PERJUANGAN MELAWAN OTORITER KUBA
- sistematika filsafat
- KEKUATAN- KEKUATAN SEJARAH
- PERANAN WANITA JAMAN DAHULU DAN ERA GLOBALISASI
- TINJAUAN KRITIS QANUN MEUKUTA ALAM
- SEJARAH ADAT PERKAWINAN ORANG ACEH
Blogger templates
Blogger news
Mengenai Saya
Pengikut
Total Tayangan Halaman
KPESN. Diberdayakan oleh Blogger.
Selasa, 29 Januari 2013
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 latar
Belakang
Sejarah Pergerakan Nasional sebagai fenomena
historis merupakan hasil dari perkembangan faktor ekonomi, sosial, politik,
kultural dan religius dan di antara faktor-faktor itu saling terjadi interaksi.
Kata - pergerakan‖ mencakup semua macam aksi yang dilakukan dengan organisasi
moden ke arah kemerdekaan Indonesia. Nasionalisme sendiri mengacu pada faham
yang mementingkan perbaikan dan kesejahteraan nasio atau bangsanya.
Penyebutan nama Indonesia yang berfungsi simbolis dalam
Sejarah Pergerakan Nasional tidak dengan sendirinya terjadi tetapi melalui
proses panjang dan dengan makin majunya pergerakan nasional sebutan indonesia‖ meripakan keharusan. Sejarah
Pergerakan Nasional mempunyai pengertian dan menunjuk pada seluruh proses
terjadinya dan berkembangnya nasionalisme Indonesia dalam segala
perwujudannya., berdasarkan kesadaran, sentimen bersama dan keinginan berjuang
untuk kebebasan rakyat dalam wadah negara kesatuan.
Nasionalisme Indonesia yang dalam
perkembangannya mencapai titik puncak setelah Perang Dunia II yaitu dengan
diproklamasikannya kemerdekaan Indonesia berarti bahwa pembentukan nasion
Indonesia berlangsung melalui proses sejarah yang panjang. Timbulnya
nasionalisme Indonesia khususnya nasionalisme Asia umumnya berbeda dengan
timbulnya nasionalisme di Eropa. Jelas bahwa nasionalisme Indonesia mempunyai
kaitan erat dengan kolonialisme Belanda yang sudah beberapa abad lamanya
berkuasa di Indonesia. Usaha untuk menolak kolonialisme inilah yang merupakan
manifestasi dari penderitaan dan tekanan-tekanan yang disebut Nasionalisme.
Ada dua macam teori tentang pembentukan nation.
Pertama, yaitu teori kebudayaan (cultuur) yang menyebut suatu bangsa itu
adalah sekelompok manusia dengan persamaan kebudayaan. Kedua, teori negara (staat)
yang menentukan terbentuknya suatu negara lebih dahulu adalah penduduk yang ada
di dalamnya disebut bangsa, dan ketiga, teori kemauan (wils), yang
mengatakan bahwa syarat mutlak yaitu adanya kemauan bersama dari sekelompok
manusia untuk hidup bersama dalam ikatan suatu bangsa, tanpa memandang
perbedaan kebudayaan, suku dan agama. Mengenai timbul atau munculnya dan
perkembangan nasionalisme Indonesia Prof. Wertheim dalam Taufik Abdullah (2001:
hal 84) menjelaskan sebagai suatu bagian integral dari sejarah politik,
terutama apabila ditekankan pada konteks gerakan-gerakan nasionalisme pada masa
pergerakan nasional. Wertheim juga menambahkan bahwa faktor-faktor perubahan
ekonomi, perubahan system status, urbanisasi, reformasi agama Islam, dinamika
kebudayaan, yang semuanya terjadi dalam masa kolonial telah memberikan
kontribusi perubahan reaksi pasif dari pengaruh Barat kepada rekasi aktif
daripada nasionalisme Indonesia. Nasionalisme bukan semata-mata proses
integrasi pada tahap awal, akan tetapi integrasi itu mencapai puncak tertinggi
yaitu terbentuknya nasion Indonesia. Bukan sesuatu yang berlebihan kalau
integrasi politik dipakai pegangan dalam melihat proses terbentuknya bangsa
Indonesia. Akan tetapi perlu dilihat bahwa periode post proklamasi masih ada di
dalam jalinan nasionalisme
1.2 Rumusan
masalah
-
Bagaimana
proses pergerakan nasional yang
dilakukan oleh bangsa Indonesia?
-
Bagaimana
terbentuk nya Negara Indonesia?
1.3 Tujuan
tujuan dari pembuatan makalah ini yaitu untuk mengetahui
tahap- tahap perkembangan Indonesia yang dilakukan pada masa pergerakan
nasional dan juga bagaimana terbentuknya Negara Indonesia.
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1 Pergerakan Nasional dan Terbentuknya
Bangsa Indonesia
Kata nasionalisme berasal
dari kata Nation yang berati bangsa. Dalam bahasa Latin kata Nation berati
kelahiran kembali, suku kemudian bangsa. Bangsa adalah sekelompok manusia yang
mendiami wilayah tertentu dan memiliki hasrat untuk bersatu karena adanya persamaan
nasib, cita-cita dan kepentingan bersama. Menurut Han Kohn adalah suatu paham
yang menempatkan kesetiaan tertinggi individu harus diserakan kepada negara dan
bangsa. Bangkitnya nasionalisme Indonesia
didorong oleh faktor intern dan ekstern.
1.
Faktor Intern
Faktor-faktor intern yang
menyebabkan lahir dan berkembangnya nasionalisme Indonesia adalah sebagai
berikut.
a. Kejayaan Bangsa Indonesia
sebelum kedatangan bangsa
Barat, di wilayah Nusantara sudah berdiri kerajaan-kerajaan besar, seperti
Sriwijaya, Mataram dan Majapahit. Kejayaan masa lampau itu menjadi sumber
inspirasi untuk melepaskan diri dari belenggu penjajahan.
b. Penderitaan Rakyat akibat
Politik Drainage (Pengerukan Kekayaan)
Politik drainage itu
mencapai puncaknya ketika diterapkan sistem tanam paksa yang dilanjutkan dengan
sistem ekonomi liberal.
c. Adanya Diskriminasi
Rasial
Diskriminasi merupakan hal menonjol yang
diterapkan oleh pemerintah kolonial Belanda dalam kehidupan sosial pada awal
abad ke-20. Dalam bidang pemerintahan, tidak semua jabatantersedia bagi kaum
pribumi.
d. Munculnya Golongan
Terpelajar
Pada awal ke-20, pendidikan
mendapatkan perhatian yang lebih baik dari pemerintah kolonial. Hal itu sejalan
dengan diterapkannya politik etis. Melalui penguasaan bahasa asing yang
diajarkan di sekolah-sekolah modern, mereka dapat mempelajari berbagai ide-ide
dan paham-paham baru yang berkembang di Barat, seperti ide tentang HAM,
liberalisme, nasionalisme, dan demokrasi.
2. Faktor Ekstern
Lahir dan berkembangnya
nasionalisme Indonesia juga didorong oleh faktor-faktor ekstern, antara lain
berikut ini.
a.
Kemenangan Jepang terhadap Rusia (1904-1905)
Kemenangan Jepang dalam Perang Rusia-Jepang telah
berhasil mengguncangkan dunia. Kemenangan Jepang tersebut berhasil menggugah
kesadaran bangsa-bangsa Asia
dan Afrika untuk melawan penjajahan bangsa-bangsa kulit putih.
b. Kebangkitan Nasionalisme
Negara-Negara Asia-Afrika
Kebangkitan nasional bangsa-bangsa Asia-Afrika memberikan
dorongan kuat bagi bangsa Indonesia untuk bangkit melawan penindasan
pemerintahan kolonial. Revolusi Tiongkok (1911) dan pementukan partai
Kuomintang oleh Sun Yan Set yang berhasil menjadikan Cina sebagai negara mereka
pada tahun (1912).
b.
Masuknya Paham-Paham Baru
Paham-paham baru seperti liberalisme, demokrasi dan
nasionalisme muncul setelah terjadinya Revolusi Amerika dan
Revolusi Perancis. Hubungan antara Asia dan Eropa menyebabkan paham-paham itu
menyebar dari Eropa ke Asia, termasuk ke Indonesia.
1.
Boedi Oetomo
Dengan semangat hendak meningkatkan semangat masyarakat,
Mas Ngabehi Wahidin Soediro Husodo, seorang doktor jawa dan termasuk seorang
priayi, tahun 1906-1907 melakukan kempanye di kalangan priayi di Pulau Jawa.
Pada akhir 1907, Wahidin bertemu dengan Soetomo, pelajar
STOVIA di Batavia. Pertemuan tersebut berhasil mendorong didirikannya
organisasi yang diberi nama Boedi Oetomo pada hari rabu tanggal 20 Mei 1908 di
Batavia. Soetomo kemudian ditunjuk sebagai ketuanya. Tanggal berdirinya Boedi
Oetomo hingga saat ini diperingati sebagai Hari Kebangkitan Nasional.
2. Sarekat Islam
Pada akhir 1911, Haji
Samanhudi di Solo menghimpun para pengusaha
batik di dalam sebuah organisasi yang bercorak agama dan ekonomi, yaitu Sarekat Dagang Islam
(SDI).
Setahun kemudian pada bulan November 1912 nama SDI diganti menjadi Sarekat Islam (SI) dengan ketuanya Haji Oemar Said Cokroaminoto, sedangkan Samanhudi sebagai ketua kehormatan. Perubahan nama tersebut bertujuan agar keanggotaannya menjadi luas, bukan hanya dari kalangan pedagang. Apabila dilihat dari anggaran dasarnya, tujuan pendirian Sarekat Islam adalah sebagai berikut.
Setahun kemudian pada bulan November 1912 nama SDI diganti menjadi Sarekat Islam (SI) dengan ketuanya Haji Oemar Said Cokroaminoto, sedangkan Samanhudi sebagai ketua kehormatan. Perubahan nama tersebut bertujuan agar keanggotaannya menjadi luas, bukan hanya dari kalangan pedagang. Apabila dilihat dari anggaran dasarnya, tujuan pendirian Sarekat Islam adalah sebagai berikut.
A. Mengembangkan jiwa dagang.
B. Memberikan bantuan kepada anggota-anggota
yang kesulitan.
C. Memajukan pengajaran dan semua.
D. Menentang pendapat-pendapat yang
keliru tentang agama Islam.
Aktivitas SI lebih mengutamakan politik tidak disetujui oleh sebagian besar anggotanya. Mereka menginginkan SI memperhatikan masalah-masalah keagamaan. Dalam kondisi itu SI memutuskan untuk bekerja sama dengan pemerintahan kolonial dan berganti nama menjadi Partai Sarikat Islam. Sehubungan dengan meluasnya semangat persatuan dan Sumpah Pemuda, nama tersebut diubah menjadi Partai Sarikat Islam Indonesia (PSII) pada tahun 1930 dengan ketuanya Haji Agus Salim.
Aktivitas SI lebih mengutamakan politik tidak disetujui oleh sebagian besar anggotanya. Mereka menginginkan SI memperhatikan masalah-masalah keagamaan. Dalam kondisi itu SI memutuskan untuk bekerja sama dengan pemerintahan kolonial dan berganti nama menjadi Partai Sarikat Islam. Sehubungan dengan meluasnya semangat persatuan dan Sumpah Pemuda, nama tersebut diubah menjadi Partai Sarikat Islam Indonesia (PSII) pada tahun 1930 dengan ketuanya Haji Agus Salim.
3. Indische Partij
Indische Partij berdiri di Bandung pada tanggal 25
Desember 1912. Organisasi ini juga dimaksudkan sebagai pengganti Indische Bond.
Sebagai organisasi kaum Indonesia dan Eropa yang didirikan pada tahun 1898.
Ketiga tokoh pendiri Indische Partij dikenal dengan Tiga Serangkai, yaitu
Douwes Dekker (Danudirdja Setiabudi), dr. Cipto
Mangunkusumo, dan Suwardi Suryaningrat (Ki
Hajar Dewantara). Indische Partij merupakan pergerakan
nasional
yang bersifat politik murni dengan semangat nasionalisme
modern.
Indische Partij berdiri atas dasar nasionalisme yang luas menuju kemerdekaan Indonesia. Indonesia dianggap sebagai National Home bagi semua orang, baik penduduk bumi putera maupun keturunan Belanda, Cina, dan Arab, yang mengaku Indonesia sebagai tanah air dan kebangsaannya. Paham ini pada waktu itu dikenal sebagai Indisch Nasionalisme, yang selanjutnya melalui perhimpunan Indonesia dan PNI, diubah menjadi Indonesische Nationalisme atau Nasional Indonesia. Hal itulah yang menyatakan bahwa Indische Partij sebagai partai politik pertama di Indonesia.
Indische Partij berdiri atas dasar nasionalisme yang luas menuju kemerdekaan Indonesia. Indonesia dianggap sebagai National Home bagi semua orang, baik penduduk bumi putera maupun keturunan Belanda, Cina, dan Arab, yang mengaku Indonesia sebagai tanah air dan kebangsaannya. Paham ini pada waktu itu dikenal sebagai Indisch Nasionalisme, yang selanjutnya melalui perhimpunan Indonesia dan PNI, diubah menjadi Indonesische Nationalisme atau Nasional Indonesia. Hal itulah yang menyatakan bahwa Indische Partij sebagai partai politik pertama di Indonesia.
4. Perhimpunan Indonesia
Perhimpunan Indonesia didirikan pada tahun 1908 oleh
orang-orang Indonesia yang berada di Belanda, antara lain Sutan
Kasayangan dan R.N Noto Suroto. Mula-mula organisasi itu bernama Indische
Vereeniging.
Akan tetapi sejak berakhirnya Perang Dunia I perasaan anti kolonialisme dan
imperialisme di kalangan pemimpin-pemimpin Indische Vereeniging semakin
menonjol.
Pada tahun 1922, Indische Vereeniging berubah menjadi Indonesische Vereeniging. Sejak tahun 1925, selain nama dalam bahasa Belanda juga digunakan dalam bahasa Indonesia, yaitu Perhimpunan Indonesia. Oleh karena itu, semakin tegas bahwa PI bergerak dalam bidang politik.
Dalam kalangan pergerakan nasional di Indonesia, pengaruh PI cukup besar. Beberapa organisasi pergerakan nasional mulai lahir karena mendapatkan inspirasi dari PI, seperti Perhimpunan Pelajar-Pelajar Indonesia (PPPI) tahun 1926, Partai Nasional Indonesia (PNI) tahun 1927, dan Jong Indonesia (Pemuda Indonesia) tahun 1927.
Pada tahun 1922, Indische Vereeniging berubah menjadi Indonesische Vereeniging. Sejak tahun 1925, selain nama dalam bahasa Belanda juga digunakan dalam bahasa Indonesia, yaitu Perhimpunan Indonesia. Oleh karena itu, semakin tegas bahwa PI bergerak dalam bidang politik.
Dalam kalangan pergerakan nasional di Indonesia, pengaruh PI cukup besar. Beberapa organisasi pergerakan nasional mulai lahir karena mendapatkan inspirasi dari PI, seperti Perhimpunan Pelajar-Pelajar Indonesia (PPPI) tahun 1926, Partai Nasional Indonesia (PNI) tahun 1927, dan Jong Indonesia (Pemuda Indonesia) tahun 1927.
5. Partai Komunis Indonesia
Ketika Sosial Democratische Arbeiderspartij (SDAP) di
Belanda pada tahun 1918 mengumumkan dirinya menjadi Partai Komunis Belanda
(CPN), para anggota ISDV dari golongan Eropa mengusulkan mengikuti jejak itu.
Oleh karena itu, pada tanggal 23 Mei 1920 diubah lagi menjadi Partai Komunis
Indonesia (PKI). Di dalam susunan pengurus baru terbentuk tertera antara lain
Semaun sebagai ketua, Darsono sebagai wakil ketua, Bergsma sebagai sekretaris,
Dekker sebagai bendahara, serta Baars dan Sugono sebagai anggota
pengurus. PKI tumbuh menjadi partai politik dengah jumlah yang sangat
besar. Akan tetapi karena jumlah anggotanya intinya kecil, partai itu kurang
dapat mengontrol dan menanamkan disiplin kepada anggotanya.
Setelah berhasil menempatkan dirinya sebagai partai
besar, PKI merasa sudah kuat untuk melakukan pemberontakan pada tahun 1926.
Hampir sepuluh tahun kemudian, Komitern mengirimkan seorang tokoh komunis
kembali ke Indonesia. Tokoh tersebut ialah Musso yang pada bulan April 1935
mendarat di Surabaya. Dengan bantuan Joko Sujono, Pamuji, dan Achmad Sumadi, ia
membentuk yang diberi nama PKI Ilegal. Kegiatan utama kaum komunis kemudian
disalurkan melalui Gerakan Rakyat Indonesia (Gerindo) dengan tokoh utamanya
Amir Syarifudin.
6. Partai Nasional Indonesia
Partai Nasional Indonesia (PNI) dibentuk di Bandung pada
tanggal 4 Juli 1927 dengan tokoh-tokohnya Ir. Soekarno, Iskaq, Budiarto, Cipto
Mangunkusumo, Tilaar, Soedjadi, dan Soenaryo. Dalam pengurus besar PNI, Ir.
Soekarno ditunjuk sebagai ketua, Iskaq sebagai sekretaris/bendahara, dan Dr.
Samsi sebagai komisaris. Sementara itu dalam perekrutan anggota disebutkan
bahwa mantan anggota PKI tidak diperkenankan menjadi anggota PNI, juga pegawai
negeri yang memungkinkan berperan sebagai mata-mata pemerintah kolonial. Ada
dua macam cara yang dilakukan oleh PNI untuk memperkuat diri dan pengaruhnya di
dalam masyarakat, yaitu:
a. Usaha ke dalam: Usaha-usaha terhadap lingkungan sendiri, antara lain mengadakan kursus
a. Usaha ke dalam: Usaha-usaha terhadap lingkungan sendiri, antara lain mengadakan kursus
kursus,
mendirikan sekolah-sekolah dan bank-bank.
c.
Usaha ke luar: Dengan memeperkuat opini
publik terhadap tujuan PNI, antara lain melalui
d.
rapat-rapat umum dan menerbitkan surat kabar
Benteng Priangan di Bandung dan Persatuan Indonesia di Batavia.
Peningkatan kegiatan rapat-rapat umum di cabang-cabang
sejak bulan Mei 1929 menimbulkan suasana yang tegang. Pemerintah kolonial
Belanda lebih banyak melakukan pengawasan secara tegas terhadap
kegiata-kegiatan PNI yang dianggap membahayakan keamanan dan ketertiban. Sering
kali polisi menghentikan pidato karena dianggap telah menghasut rakyat.
Akhirnya pemerintah Hindia Belanda beranggapan bahwa tiba
saatnya untuk melakukan tindakan terhadap PNI. Bahkan Gubernur Jenderal de
Graef telah mendapatkan tekanan dari konservatif Belanda yang tergabung dalam
Vanderlansche Club untuk bertindak tegas karena mereka berkeyakinan bahwa PNI
melanjutkan taktik PKI.
C. Upaya-Upaya Menggalang Persatuan
1. Pembentukan Permufakatan
Perhimpunan-Perhimpunan Politik Kebangsaan
Indonesia (PPPKI) Di kalangan pemimpin pergerakan
nasional muncul gagasan untuk membentuk gabungan (fusi) dari partai-partai
politik yang ada. Tujuannya untuk memperkuat dan mempersatukan
tindakan-tindakan dalam menghadapi pemerintah kolonial. Usaha itu dirintis oleh
Sarekat Islam, Muhammadiyah, Jong Islamiten Bond, Pasundan, Persatuan Minahasa,
Sarekat Ambon dan Sarekat Madura. Pada bulan September 1926 berhasil dibentuk
Komite Persatuan Indonesia. Akan tetapi, usaha tersebut tidak berhasil dengan
baik sehingga tidak satu pun organisasi gabungan (fusi) yang dihasilkan.
Pada tanggal 17-18 Desember 1927 diadakan sidang di
Bandung yang dihadiri oleh wakil-wakil dari PNI, Algemeene Studieclub, PSI
(Partai sarekat Islam), Boedi Oetomo, Pasundan, Sarekat Sumatra, Kaum Betawi,
dan Indinesische studieclib. Sidang tersebut memutuskan untuk membentuk (PPPKI)
dengan tujuan sebagai berikut.
Sebagai suatu alat
organisasi yang tetap dari federasi itu, dibentuklah dewan pertimbangan yang
terdiri atas seorang ketua, sekretaris, bendahara, dan wakil partai-partai yang
bergabung. Dr. Soetomo dari Studieclub sebagai Ketua Majelis Pertimbangan dan
Ir. Anwari dari PNI sebagai sekretaris.
2. Gerakan Pemuda
1. Gerakan Pemuda
Kedaerahan
Trikoro Dharmo merupakan
organisasi pemuda kedaerahaan pertama di Indonesia. Trikoro Dharmo didirikan di
Gedung Stovia pada tanggal 7 Maret 1915 oleh pemuda-pemuda Jawa, seperti
Satiman, Kadarman, Sumardi, Jaksodipuro (Wongsonegoro), Sarwono, dan
Mawardi. Trikoro Dharmo berarti tiga tujuan mulia, yaitu Sakti, Budi dan
Bhakti.
Kenggotaan Trikoro Dharmo pada mulanya hanya terbatas pada kalangan pemuda dari Jawa dan Madura. Akan tetapi, diperluas dengan semboyannya Jawa Raya yang meliputi Jawa, Sunda, Bali, dan Lombok. Pada tanggal 9 Desember 1917 di Jakarta berdiri organisasi Jong Sumatranen Bond. Tokoh-tokoh nasional yang pernah menjadi anggota Jong Sumatranen Bond, antara lain Moh.Hatta, Moh.Yamin, M. Tasil, Bahder Djohan, dan Abu Hanifah. Jong Minahasa berdiri pada tanggal 5 Januari 1918 di Manado dengan tokohnya A.J.H.W.Kawilarang dan V.Adam. Jong Celebes dengan tokoh-tokohnya Arnold Monomutu, Waworuntu, dan Magdalena Mokoginta. Jong Ambon berdiri pula pada tanggal 1 Juni 1923 di Jakarta.
Dengan semangat kedaerahaannya itu, pada kongres Trikoro Dharmo di Solo tanggal 12 Juni 1918 nama trikoro Dharmo diubah menjadi Jong Java. Kegiatan Jong Java masih tetap bergerak dalam bidang sosial budaya. Pada kongres kelima bulan Mei 1922 di Solo dan kongres luar biasa Desember 1922 ditetapkan bahwa Jong Java tidak akan mencampuri masalah politik. Anggota Jong Java hanya diperbolehkan terjun dalam dunia politik setelah mereka tamat belajar.
Kenggotaan Trikoro Dharmo pada mulanya hanya terbatas pada kalangan pemuda dari Jawa dan Madura. Akan tetapi, diperluas dengan semboyannya Jawa Raya yang meliputi Jawa, Sunda, Bali, dan Lombok. Pada tanggal 9 Desember 1917 di Jakarta berdiri organisasi Jong Sumatranen Bond. Tokoh-tokoh nasional yang pernah menjadi anggota Jong Sumatranen Bond, antara lain Moh.Hatta, Moh.Yamin, M. Tasil, Bahder Djohan, dan Abu Hanifah. Jong Minahasa berdiri pada tanggal 5 Januari 1918 di Manado dengan tokohnya A.J.H.W.Kawilarang dan V.Adam. Jong Celebes dengan tokoh-tokohnya Arnold Monomutu, Waworuntu, dan Magdalena Mokoginta. Jong Ambon berdiri pula pada tanggal 1 Juni 1923 di Jakarta.
Dengan semangat kedaerahaannya itu, pada kongres Trikoro Dharmo di Solo tanggal 12 Juni 1918 nama trikoro Dharmo diubah menjadi Jong Java. Kegiatan Jong Java masih tetap bergerak dalam bidang sosial budaya. Pada kongres kelima bulan Mei 1922 di Solo dan kongres luar biasa Desember 1922 ditetapkan bahwa Jong Java tidak akan mencampuri masalah politik. Anggota Jong Java hanya diperbolehkan terjun dalam dunia politik setelah mereka tamat belajar.
2. Kongres Pemuda Indonesia
1. Kongres Pemuda I
Keinginan untuk bersatu
seperti yang didengung-dengungkan oleh Perhimpunan Indonesia (PI) dan
Perhimpunan Pelajar-Pelajar Indonesia (PPPI) telah tertanam dalam sanubari
pemuda-pemuda Indonesia. Untuk itu, pada tanggal 30 April-2 Mei 1926 di Jakarta
diadakan kongres pemuda Indonesia yang pertama.
Dalam kongres itu dilakukan
beberapa kali pidato tentang pentingnya Indonesia bersatu. Disampaikan pula
tentang upaya-upaya memperkuat rasa persatuan yang harus tumbuh di atas
kepentingan golongan, bangsa dan agama. Selanjutnya juga dibicarakan
tentang kemungkinan bahasa dan kesusastraan Indonesia kelak dikemudian hari.
Para mahasiswa Jakarta
dalam kongres tersebut juga membicarakan tentang upaya mempersatukan
perkumpulan-perkumpulan pemuda menjadi satu badan gabumgan (fusi). Walaupun
pembicaraan mengenai fusi tidak membuahkan hasil yang memuaskan, kongres itu telah
memperkuat cita-cita Indonesia bersatu.
2. Kongres Pemuda II
Kongres Pemuda II diadakan
dua tahun setelah Kongres Pemuda Indonesia pertama, tepatnya pada tanggal 27-28
Oktober 1928. Kongres itu dihadiri oleh wakil-wakil dari
perkumpulan-perkumpulan pemuda ketika itu diantara lain Pemuda Sumatera, Pemuda
Indonesia, Jong Bataksche Bond, Sekar Rukun, Pemuda Kaum Betawi, Jong Islamiten
Bond, Jong Java, Jong Ambon dan Jong Celebes. PPPI yang memimpin kongres ini
sengaja mengarahkan kongres pada terjadinya fusi organisasi-organisasi pemuda.
susunan panitia Kongres Pemuda II yang sudah
terbentuk sejak bulan Juni 1928 adalah sebagai berikut.
Ketua : Sugondo Joyopuspito dari PPPI
Ketua : Sugondo Joyopuspito dari PPPI
Wakil ketua : Joko Marsaid dari Jong Java
Sekretaris : Moh. Yamin dari
Jong Sumatranen Bond
Bendahara : Amir Syarifuddin dari
Jong Bataksche Bond
Pembantu I : Johan Moh. Cai dari Jong
Islamiten Bond
Pembantu II : Koco Sungkono
dari Pemuda Indonesia
Pembantu III : Senduk dari Jong Cilebes
Pembantu IV : J. Leimena dari Jong Ambon
Pembantu V : Rohyani dari
Pemuda Kaum Betawi
Kongres Pemuda II
dilaksanakan selama dua hari, 27-28 Oktober 1928. persidangan yang dilaksanakan
sebanyak tiga kali di antaranya membahas persatuan dan kebangsaan Indonesia,
pendidikan, serta pergerakan kepanduan. Kongres tersebut berhasil mengambil
keputusan yang dikenal sebagai Sumpah Pemuda sebagai berikut.
Rumusan tersebut dibuat
oleh sekretaris panitia, Moh. Yamin dan dibacakan oleh ketua kongres, Sugondo Joyopuspito,
secara hikmat di depan kongres. Selanjutnya diperdengarkan lagu Indonesia Raya
yang diciptakan dan dibawakan oleh W.R. Supratman dengan gesekan biola.
Peristiwa bersejarah itu merupakan hasil kerja keras para pemuda
pelajar Indonesia. Dengan tiga butir Sumpah Pemuda itu, setiap organisasi
pemuda kedaerahan secara konsekuen meleburkan diri kedalam satu wadah yang
telah disepakati bersama, yaitu Indonesia Muda.
D. Berkembangnya Taktik
Moderat dan Kooperatif dalam Perkembangan Nasional
Berkembangnya taktik
moderat dan kooperatif dalam pergerakan nasional Indonesia disebabkan oleh
hal-hal sebagai berikut:
1. Krisis ekonomi (malaise)
yang terjadi sejak tahun 1921 dan berulang pada akhir tahun1929.
Bahkan, pada awal tahun 1930-an krisis ekonomi itu tidak kunjung reda.
2. Kebijakan keras pemerintahan Gubernur Jenderal de Jonge menyebabkan kaum pergerakan, terutama golongan nonkooperatif, sangat menderita. Setiap gerakan yang radikal atau revolusioner akan ditindas dengan alasan bahwa pemerintah kolonial bertanggung jawab atas keadaan di Hindia Belanda.
2. Kebijakan keras pemerintahan Gubernur Jenderal de Jonge menyebabkan kaum pergerakan, terutama golongan nonkooperatif, sangat menderita. Setiap gerakan yang radikal atau revolusioner akan ditindas dengan alasan bahwa pemerintah kolonial bertanggung jawab atas keadaan di Hindia Belanda.
3. Pada tahun
1930-an, kaum pergerakan nasional terutama yang berada di Eropa
menyaksikan bahwa perkembangan paham fasisme dan Naziisme mengancam
kedudukan negara-negara demokrasi. Demikian pula Jepang sebagai negara fasis di
Asia telah melakukan ekspansinya ke wilayah Pasifik sehingga ada yang
mendekatkan kaum nasionalis dengan penguasa kolonial, yaitu mempertahankan
demokrasi terhadap bahaya fasisme. Kesadaran itu muncul pertama kali di kalangan
Perhimpunan Indoesia yang terlebih dahulu telah melakukan taktik kooperatif.
a. Partindo (1931)
a. Partindo (1931)
Pada kongres luar
biasa PNI di Batavia tanggal 25 April 1931 diambil keputusan untuk
membubarkan PNI. Pembubaran tersebut menimbulkan pertentangan di kalangan
pendukung PNI. Sartono dan pendukungnya membentuk Partai Indonesia (Partindo)
pada tanggal 30 April 1931.
Asas dan tujuan serta
garis-garis perjuangan PNI masih diteruskan oleh Partindo. Selanjutnya
dilakukan upaya menghimpun kembali anggota-anggota PNI yang tercerai-cerai
sehingga pada tahun 1931 berhasih dibentuk 12 cabang. Kemudian berkembang
menjadi 24 cabang dengan anggota sebanyak 7.000 orang.
Penangkapan kembali Ir.
Soekarno pada tanggal 1 Agustus 1933 melemahkan Partindo. Bung Karno diasingkan
ke Ende, Flores, pada tahun 1934. karena alasan kesehatan, Bung Karno kemudihan
dipindahkan ke Bengkulu pada tahun 1938 dan pada tahun 1942 dipindahkan
kepadang karena adanya serbuan Jepang ke Indonesia. Tanpa Ir. Soekarno,
Partindo mengalami kemunduran. Partindo keluar dari PPPKI agar PPPKI tidak
terhalang geraknya karena adanya larangan untuk mengadakan rapat. Dalam
menghadapi keadaan yang sulit itu, untuk kedua kalinya Sartono
membubarkan Partindo juga tanpa dukungan penuh dari anggotanya.
b. PNI Baru (1931)
b. PNI Baru (1931)
ada bulan Desember 1931,
membentuk Pendidikan Nasional Indonesia(PNI Baru). Mula-mula Sutan Syahir
dipilih sebagai ketuanya. Moh. Hatta kemudian dipilih sebagai ketua pada tahun
1932 setelah kembali dari Belanda. Organisasi-organisasi tersebut
tetap sama-sama menggunakan taktik perjuangan non-kooperatif dalam mencapai
kemerdekaan politik. Adapun perbedaan antara PNI Baru dengan Partindo adalah
sebagai berikut:
- PPPKI oleh PNI Baru dianggap sebagai “persatean” bukan persatuan karena anggota-anggotanya memiliki ideologi yang berbeda-beda. Sementara itu, Partindo menganggap PPPKI dapat menjadi wadah persatuan yang kuat daripada mereka berjuang sendiri-sendiri.
- Dalam upaya mencapai kemerdekaan, PNI Baru lebih mengutamakan pendidikan politik dan sosial. Partindo lebih mengandalkan organisasi masa dengan aksi-aksi masa untuk mencapai kemerdekaan.
- PPPKI oleh PNI Baru dianggap sebagai “persatean” bukan persatuan karena anggota-anggotanya memiliki ideologi yang berbeda-beda. Sementara itu, Partindo menganggap PPPKI dapat menjadi wadah persatuan yang kuat daripada mereka berjuang sendiri-sendiri.
- Dalam upaya mencapai kemerdekaan, PNI Baru lebih mengutamakan pendidikan politik dan sosial. Partindo lebih mengandalkan organisasi masa dengan aksi-aksi masa untuk mencapai kemerdekaan.
Pada tahun 1933, PNI Baru
telah memiliki 65 cabang. Untuk mempersiapkan masyarakat dalam mencapai
kemerdekaan, PNI Baru melakukan kegiatan penerangan untuk rakyat dan penyuluhan
koperasi. Kegiatan-kegiatan PNI Baru tersebut dan ditambah dengan sikapnya yang
non-kooperatif dianggap oleh pemerintah kolonial membahayakan. Oleh
karena itu, pada bulan Februari 1934 Bung Hatta, Sutan Syahir, Maskun, Burhanuddin,
Murwoto, dan Bondan ditangkap pemerintah kolonial. Bung Hatta diasingkan ke
hulu Sungai Digul, Papua. Kemudian dipindahkan ke Banda Neira pada
tahun 1936 dan akhirnya ke Sukabumi pada tahun 1942.
Dengan demikian, hanya partai-partai yang bersikap kooperatif saja yang
dibiarkan hidup oleh pemerintah kolonial Belanda.
c. Parindra (1935)
Pada bulan Desember 1935 di
Solo diadakan kongres yang menghasilkan penggabungan Boedi Oetomo dengan
Persatuan Bangsa Indonesia (PBI) dan melahirkan Partai Indonesia Raya
(Parindra). R. Soetomo terpilih sebagai ketua Parindra dengan Surabaya sebagai
pusatnya. Tujuannya adalah mencapai Indonesia raya dan mulia. Tokoh-tokoh
terkemuka Parindra lainnya ialah Moh. Husni Thamrin dan Sukarjo Wiryopranoto.
Parindra berusaha
meningkatkan kesejahteraan rakyat kecil dengan cara mendirikan Rukun Tani,
membentuk serikat-serikat pekerja, menganjurkan Swadesi, dan mendirikan Bank
Nasional Indonesia. Perjuangan Parindra dalam Volksraad berlangsung hingga
akhir penjajahan Belanda. Dalam hal ini terkenal kegigihan Moh. Husni
Thamrin dengan membentuk Fraksi Nasional dan GAPI yang berhasil
memaksa pemerintah kolonial melakukan beberapa perubahan, seperti
memakai bahasa Indonesia dalam siding Volksraad dan mengganti istilah Inlander
menjadi Indonesier.
d.
Gerindo
Setelah Partindo dibubarkan
pada tahun 1936, banyak anggotanya kehilangan wadah perjuangan. Sementara itu,
Parindra yang cenderung kooperatif dianggap kurang sesuai. Oleh karena itu,
pada bulan Mei 1937 di Jakarta dibentuk Gerakan Rakyat Indonesia (Gerindo).
Tokoh-tokohnya yang terkenal ialah A.K.Gani, Moh. Yamin, Amir Syarifuddin,
Sarino Mangunsarkoro, Nyono, Prawoto, Sartono, dan Wilopo.
Gerindo bertujuan mencapai
Indonesia merdeka, tetapi dengan asas-asas yang kooperatif. Dalam
bidang politik, Gerindo menuntut adanya parlemen yang bertanggung jawab
kepada rakyat dalam bidang ekonomi dibentuk Penuntut Ekonomi Rakyat Indonesia
(Peri) yang bertujuan mengumpulkan modal dengan kekuatan kaum buruh
dan tani berdasarkan asas nasional-demokrasi-koperasi. Dalam bidang sosial
diperjungkan persamaan hak dan kewajiban di dalam masyarakat. Oleh karena itu,
Gerindo menerima anggota dari kalangan orang Indo, peranakan Cina, dan Arab.
e.
Petisi Sutardjo
Pada tanggal 15 Juli 1936, Sutardjo
Kartohadikusumo selaku Persatuan Pegawai Bestuur (PPB) dalam Volkstraad
mengajukan usul yang kemudian dikenal dengan petisi Sutardjo. Petisi tersebut
berisi permintaan kepada pemerintah kolonial agar diselenggarakan musyawarah
antara wakil-wakil Indonesia dan Belanda untuk merencanakan suatu perubahan
dalam waktu 10 tahun mendatang, yaitu pemberian status otonom kepada rakyat
Indonesia meskipun tetap dalam lingkungan kerajaan Belanda.
Sebelum Indonesia dapat
berdiri sendiri, Sutardjo mengusulkan untuk mengambil langkah-langkah
memperbaiki keadaan Indonesia, antara lain sebagai berikut:
a. Volksraad dijadikan
parlemen yang sesungguhnya
b. Direktur departemen
diberikan tanggung jawab
c. Dibentuk Dewan Kerajaan
(rijksraad) sebagai badan tertinggi antara Belanda dan
Indonesia yang
anggota-anggotanya merupakan wakil-wakil kedua belah pihak. Penduduk Indonesia
adalah orang-orang yang karena kelahiran, asal-usul dan cita -citanya memihak
Indonesia.
Petisi itu juga
ditandatangani oleh I.J. Kasimo, Sam Ratulangi, Datuk Tumenggung dan Kwo Kwat
Tiong. Sebagian besar dari partai-partai dan tokoh-tokoh pergerakan juga
mendukung Petisi Sutardjo. Setelah mendapatkan dukungan mayoritas anggota
Volksraad, petisi itu kemudian disampaikan kepada pemerintah kerajaan dan
Parlemen Belanda.
Golongan yang tidak setuju adalah golongan konservatif dan para pengusaha perkebunan, termasuk kelompok Vanderlandche Club (VC) menganggap petisi itu terlalu prematur dan menganggap bahwa secara ekonomi dan sosial Hindia Belanda (Indonesia) belum cukup untuk dapat berdiri sendiri. Selain itu dipermasalahkan pula tentang dapat dipertahankannya kesatuan wilayah Nusantara dalam lingkungan Pax Nederlandica karena pada kenyataannya kondisi politik Hindia Belanda belum mantap.
Golongan yang tidak setuju adalah golongan konservatif dan para pengusaha perkebunan, termasuk kelompok Vanderlandche Club (VC) menganggap petisi itu terlalu prematur dan menganggap bahwa secara ekonomi dan sosial Hindia Belanda (Indonesia) belum cukup untuk dapat berdiri sendiri. Selain itu dipermasalahkan pula tentang dapat dipertahankannya kesatuan wilayah Nusantara dalam lingkungan Pax Nederlandica karena pada kenyataannya kondisi politik Hindia Belanda belum mantap.
Pada tanggal 16 November
1938, pemerintah Belanda memberikan jawaban bahwa petisi itu ditolak dengan
alasan-alasan sebagai berikut.
- Perkembangan
politik Indonesia belum cukup matang untuk
memerintah sendiri
sehingga petisi itu dipandang masih terlalu prematur.
-
Dipertanyakan juga tentang kependudukan golongan minoritas dalam struktur
politik yang baru nanti.
- Tuntutan otonomi
dipandang sebagai hal yang tidak alamiah karena pertumbuhan ekonomi, sosial dan
politik belum memadai.
Meskipun petisi tersebut
ditolak, pemerintah kolonial mulai melaksanakan perubahan pemerintah pada tahun
1938. Pemerintah membentuk provinsi-provinsi di luar Jawa dengan gubernur
sebagai wakil pemerintahan pusat, sedangkan Dewan Provinsi bertugas mengatur
rumah tangga daerah.
f. Perjuangan
GAPI “Indonesia Berparlemen”
Penolakan petisi Sutardjo mendorong munculnya gerakan
menuju kesatuan nasional, kesatuan aksi dan hak untuk menentukan nasib sendiri.
Gerakan itu kemudian menjelma menjadi Gabungan Politik Indonesia (GAPI).
Pembentukan GAPI dipelopori oleh M.H. Thamrin dari Parindra.
Pelaksanaan program GAPI secara kongret mulai terwujud
dalam rapatnya pada tanggal 4 Juli 1939. Dalam rapat itu diputuskan untuk
mengadakan Kongres Rakyat Indonesia yang akan memperjuangkan penentuan
nasib sendiri serta persatuan dan kesatuan Indonesia. Namun, sebelum aksi
dapat dilancarkan secara besar-besaran, pada tanggal 9 Septamber 1939 terdengar
kabar bahwa Perang Dunia II telah berkobar. Oleh karena itu, dalam pernyataan
pada tanggal 19 September 1939, GAPI menyerukan agar dalam keadaan penuh bahaya
dapat dibina hubungan kerja sama yang sebaik-baiknya antara Belanda dan
Indonesia.
Aksi
pertama GAPI terselenggara dengan mengadakan rapat umum di Jakarta pada tanggal
1 Oktober 1939. Pada pertengahan Desember 1939 diselenggarakan rapat umum di
beberapa tempat. Dengan semboyan “Indonesia Berparlemen” dalam setiap aksinya
GAPI mendesak pemerintah agar membentuk parlemen yang dipilih dan dari
rakyat sebagai pengganti Volksraad dan dengan pemerimtahan yang bertanggung
jawab kepada parlemen tersebut. Untuk itu, kepala-kepala departemen harus
digantikan menteri-menteri yang bertanggung jawab kepada parlemen.
Tanggapan pemerintah kolonial Belanda baru dikeluarkan
pada tanggal 10 Februari 1940 melalui menteri jajahan Welter yang menyatakan
bahwa perkembangan dalam bidang jasmani dan rohani akan memerlukan tanggung
jawab dalam bidang ketatanegaraan. Sudah barang tentu hak-hak ketatanegaraan
memerlukan tanggung jawab dari para pemimpin. Tanggung jawab ini hanya dapat
dipikul apabila rakyat telah memahami kebijaksanaan politik. Selama pemerintah
Belanda bertanggung jawab atas kebijakan politik di Hindia Belanda, tidak
mungkin didirikan parlemen Indonesia yang mengambil
alih
tanggung jawab tersebut.
Tentu saja penolakan itu menimbulkan kekecewaan, tetapi
GAPI masih meneruskan perjuangannya. Dalam rapat tanggal 23 Februari 1940, GAPI
menganjurkan pendirian Panitia Parlemen Indonesia sebagai tindak lanjut aksi
Indonesia Berparlemen. Akan tetapi, kesempatan bergerak bagi GAPI sudah
tidak ada lagi. Pada awal Mei 1940, Belanda diduduki oleh Jerman sehingga
Perang Dunia II telah berkobar di Negeri Belanda. Meskipun negerinya sudah
diduduki oleh Jerman, tetapi Belanda tidak mau mundur setapak pun dari bumi
Indonesia.
Sikap
pemerintah Belanda yang konservatif itu tidak mengurangi loyalitas rakyat
Indonesia terhadap Belanda, bahkan ada keinginan umum untuk bekerja sama dalam
menghadapi perang itu. Sebagai imbalan dari kesetiaan bangsa Indonesia
tersebut, Gubernur Jenderal Tjarda van Starkenborgh Stachouwer
menjanjikan perubahan dalam berbagai segi kehidupan masyarakat. Akan tetapi,
gagasan mengenai perubahan itu harus disimpan dahulu hingga perang selesai.
Pada tanggal 10 Mei 1941 dalam pidatonya, Ratu Wilhelmina
menyatakan kesediaannya untuk mempertimbangkan suatu penyesuaian
ketatanegaraan Belanda terhadap keadaan yang berubah serta menentukan kedudukan
daerah seberangdalam struktur Kerajaan Belanda. Akan tetapi, masalah itu
pun ditunda hingga Perang Dunia II selesai.
Usulan pembentukan milisi pribumi yang berdasarkan kewajiban
warga negara untuk mempertahankan negerinya juga ditolak oleh pemerintah
kolonial dengan alasan bahwa perang modern lebih memerlukan angkatan perang
yang professional. Sikap menunda itu pun diperlihatkan Belanda pada saat
dilontarkan Piagam Atlantik (Atlantic Charter) oleh Perdana Menteri
Inggris Woodrow Wilson dan Presiden Amerika Serikat F.D. Roosevelt yang
menjamin hak setiap bangsa untuk memilh bentuk pemerintahannya sendiri.
Satu-satunya hasil dari
berbagai upaya kaum pergerakan melalui Dewan Rakyat adalah pembentuka Komisi
Vismen (Commissie-Visman) pada bulan Maret 1941. Komisi tersebut bertugas
meneliti keinginan, cita-cita, serta pendapat yang ada pada berbagai golongan
masyarakat mengenai perbaikan pemerintahan. Hasilnya diumumkan pada bulan Desember
1941 yang menyatakan bahwa penduduk sangat puas dengan pemerintah Belanda.
BAB
III
KESIMPULAN
3.1 kesimpulan
Sejarah
Pergerakan Nasional adalah bagian dari Sejarah Indonesia yang meliputi periode
sekitar empat puluh tahun, yang dimulai sejak lahirnya Budi Utomo (BU) sebagai
organisasi nasional yang pertama tahun 1908 sampai terbentuknya bangsa
Indonesia pada tahun 1945 yang ditandai oleh proklamasi kemerdekaan Indonesia.
Sejarah Pergerakan Nasional sebagai fenomena historis merupakan hasil dari
perkembangan faktor ekonomi, sosial, politik, kultural dan religius dan di
antara faktor-faktor itu saling terjadi interaksi.
Ada dua factor
yang mendorong segi-segi integrasi dari nasionalisme Indonesia. Pertama faktor internal yang
menunjukkan persamaan perasaan karena tekanan-tekanan kolonial sehingga
menciptakan perasaan senang-tidak senang, setia-melawan, setuju-tidak setuju,
dan lain sebagainya. Adapun yang kedua adalah
factor eksternal berupa faham-faham nasionalisme yang membuahkan nasionalisme
itu sendri. Faktor-faktor eksternal maupun internal itu tidak akan banyak
berpengaruh jika sekiranya kaum intlektualis tidak muncul dalam panggung
organisasi politik dan organisasi pergerakan nasional. Sebagai elit baru kaum
intelektualis ini tentu saja menghendaki amsyarakat yang bebas dari pengawasan
kolonial, yang dengan sadar ingin mengubah kedudukan bangsanya.
3.2 saran
Dengan
selesainya makalah ini, saya harapkan masukan dan kritikan dari kawan- kawan
yang bersifat membangun.
DAFTAR
PUSTAKA
Dimjati, M. (1951). Sedjarah
Perdjuangan Indonesia. Djakarta: Widjaja.
Poesponegoro,
M.D. dan Notosusanto, N. (1981). Sejarah Nasional Indonesia . Jilid V.
Jakarta: Balai Pustaka.
Ricklefs,
M.C. (1991). Sejarah Indonesia Modern. Terj. Dharmono Hardjowidjono.
Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
KATA PENGANTAR
Assalamua’alaikumwarahmatullahi
wabarakatuh
Puji
dan syukur saya ucapkan kehadirat Allah swt. yang telah memberikan Rahmat,
Taufik dan Hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini
dapat diselesaikan.
Tidak
lupa pula dan salawat dan salam kepada Nabi Muhammad saw. yang telah membawa kita dari alam kegelapan
ke alam yang penuh dengan ilmu pengetahuan seperti yang kita rasakan sekarang
ini.
Terima
kasih kepada dosen pembimbing mata kuliah kapita selekta. Sehingga makalah sederhana ini dapat terselesaikan tepat
pada waktunya. Terima kasih juga kepada teman-teman yang turut memberikan
dorongan untuk menyelesaikan makalah ini.
Dengan demikian saya juga menyadari bahwa makalah ini
masih banyak kekurangan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat
membangun demi kesempurnaan makalah ini.
Darussalam,1 January 2013
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA
PENGANTAR .......................................................................................... i
DAFTAR
ISI.......................................................................................................... ii
BAB
I PENDAHULUAN .............................................................................. 1
1.1 Latar Belakang .................................................................................................. 1
1.2
Rumusan Masalah..................................................................................... `....... 2
1.3
Tujuan................................................................................................................ 2
BAB
II PEMBAHASAN.................................................................................. 3
2.1 pergerakan nasional dan terbentuknya
bangsa Indonesia.................................. 3
BAB
III PENUTUP................................................................................... ..... 18
3.1. Kesimpulan .................................................................................................... 18
3.2. Saran ......................................................................................................... 18
DAFTAR
PUSTAKA ........................................................................................ 19
Tugas kapita selekta
Pergerakan Nasional dan
Terbentuknya Bangsa Indonesia
Oleh:
Rizki Rasnawi 1006101050007
FAKULTAS
KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SYIAH KUALA
DARUSSALAM,BANDA
ACEH
2013
Label:
NASIONAL
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
3 komentar:
thanks gan, bermanfaat banget....
sama2 gan..
SALUEM KUMANDUEM KETURUNAN KERAJAAN EROPA SERTA YANG GALAK KUELOEN HERRI KETURUNAN HUSEN!!! salam
Posting Komentar