Popular Posts
- SEJARAH PERGERAKAN NASIONAL
- KOLONIALISASI BANGSA EROPA DI AMERIKA
- TEUKU UMAR, BERDARAH MINANG KAH? ATAU BERDARAH ACEH?
- Temu ramah dengan Teuku Raja Tani Angsa di gunong kong
- PERANAN CHE GUEVARA DALAM PERJUANGAN MELAWAN OTORITER KUBA
- sistematika filsafat
- KEKUATAN- KEKUATAN SEJARAH
- PERANAN WANITA JAMAN DAHULU DAN ERA GLOBALISASI
- TINJAUAN KRITIS QANUN MEUKUTA ALAM
- SEJARAH ADAT PERKAWINAN ORANG ACEH
Blogger templates
Blogger news
Mengenai Saya
Pengikut
Total Tayangan Halaman
KPESN. Diberdayakan oleh Blogger.
Jumat, 01 Maret 2013
Hari Ayah memang tidak sepopuler Hari Ibu. Sebagai bentuk sebuah penghormatan kepada sosok Ayah akan peran dan tanggung jawabnya dalam rumah tangga, maka muncul ide untuk memperingati Hari Ayah.
Hari Ayah biasa dirayakan pada minggu ketiga di bulan Juni dan ditetapkan sebagai hari libur di beberapa negara. Hari Ayah pertama kali dirayakan pada 102 tahun yang lalu. Asal mula perayaan Hari Ayah terilhami kisah Smart Dood, seorang anak perempuan warga Spokane, Washington, Amerika Serikat, setelah mendengarkan khotbah pada Hari Ibu pada tahun 1909. Smart Dodd merupakan salah satu dari enam anak yang dibesarkan oleh ayahnya seorang diri karena ibunya telah meninggal dunia.
Untuk menghormati jerih payah dan perjuangan ayahnya maka Smart Dood memiliki gagasan dan mendorong gereja-gereja lokal untuk memperingati Hari Ayah. Di Amerika Serikat, pada tahun 1972 semasa Presiden Richard Nixon, Hari Ayah resmi dijadikan hari libur.
Dosen psikologi dari University of Massachusetts di Amherst, Nicole Gilbert Cote, yang meneliti fenomena Hari Ayah menjelaskan, setelah 40 tahun kemudian ternyata para Ayah lebih menikmati liburan di hari mereka ketimbang para ibu dengan Hari Ibu.
Salah satu alasannya yakni bahwa para ibu berharap saat merayakan Hari Ibu, mereka akan terbebas dari tugas-tugas yang bersifat stereotype seorang ibu seperti memasak dan membersihkan rumah. Sayangnya hal ini tidak pernah terjadi saat para Ibu merayakan hari besar mereka.
Namun, menurut survei yang dilakukan pada 350 ayah untuk mengukur sikap mereka terhadap perayaan hari Ayah, ternyata stereotype lama tersebut tidak berlaku sepenuhnya saat ini. Para pria mengungkapkan bahwa mereka lebih berperan dalam merawat anak, membersihkan rumah, dan memasak. Sementara mereka juga bertanggung jawab dalam hal otomotif, rumah tangga, dan pemeliharaan lingkungan rumah.
"Peran perempuan di luar rumah tangga semakin meluas, peran laki-laki di dalam rumah tangga semakin berkembang," kata antropolog Helen Fisher dari Rutgers University dalam rilis berita yang disertai dengan survey, seperti dikutip dari ManoftheHouse.com
Hadiah yang biasa diberikan pada Hari Ayah adalah kartu ucapan. Menurut perusahaan kartu, Hallmark, sekitar 90 juta kartu dipertukarkan pada Hari Ayah. Perayaan ini membuat Hari Ayah menempati urutan keempat pengiriman kartu saat hari libur di Amerika Serikat, setelah Hari Natal (1,8 miliar kartu), Hari Valentine (152 juta kartu), dan Hari Ibu (141 juta kartu).
(Umi Rasmi. Sumber: National Geographic News)
Label:
SEJARAH DUNIA
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar